Dampak Erupsi Ile Lewotolok Meluas, Sembilan Desa di Lembata Alami Krisis Air Bersih
Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), terus menunjukkan aktivitas vulkanik yang signifikan. Erupsi yang terjadi beberapa hari terakhir telah berdampak pada sembilan desa di Kecamatan Ile Ape, memicu kekhawatiran akan krisis air bersih dan kesehatan warga.
Sembilan desa yang terdampak meliputi Jontona, Lamatokan, Baolaliduli, Lamaau, Aulesa, Todanara, Lamagute, Lamawolo, dan Waimatan. Lontaran material vulkanik, berupa pasir halus dan debu, telah menyelimuti seluruh wilayah Kecamatan Ile Ape Timur. Kondisi ini diperparah dengan kesulitan warga dalam mengakses air bersih. Sumber air tadahan hujan, yang menjadi andalan utama masyarakat setempat, telah tercemar abu vulkanik dan tidak layak untuk dikonsumsi.
Warga kini bergantung pada pasokan air bersih yang didatangkan melalui mobil tangki dari Kota Lewoleba. Camat Ile Ape Timur, Niko Wutun, menyatakan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait untuk memastikan ketersediaan air bersih bagi warga terdampak. Meskipun belum ada laporan mengenai warga yang mengalami gangguan kesehatan akibat erupsi, kewaspadaan tetap ditingkatkan.
Pemerintah Kecamatan Ile Ape Timur telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk selalu mengenakan masker dan menghindari aktivitas di radius 2,5 kilometer dari pusat erupsi. Imbauan ini sesuai dengan rekomendasi dari Badan Vulkanologi melalui BPBD Lembata. Kepala desa di masing-masing desa juga diminta untuk terus memantau situasi dan melaporkan perkembangan terkini kepada pihak terkait. Rantai komando siaga bencana di tingkat desa terus diaktifkan untuk memastikan respons cepat dan efektif jika terjadi eskalasi aktivitas gunung berapi. Pemerintah daerah terus berupaya untuk meminimalkan dampak erupsi Gunung Ile Lewotolok terhadap kehidupan masyarakat di wilayah terdampak.