Tragedi Trowek: Rekam Jejak Kelam Kecelakaan Kereta Api di Tasikmalaya

Trowek, sebuah lembah di perbukitan yang terletak di Desa Cibahayu, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, menyimpan catatan kelam dalam sejarah perkeretaapian Indonesia. Lokasi yang berada di kawasan tanjakan Gentong ini menjadi saksi bisu serangkaian tragedi kecelakaan kereta api yang merenggut ratusan nyawa.

Mengenang Tragedi 1995

Salah satu peristiwa yang paling membekas adalah kecelakaan kereta api pada 24 Oktober 1995. Ati Rohayati (63), seorang tenaga medis yang bertugas di RSUD Tasikmalaya pada saat itu, masih mengingat jelas bagaimana ia turut menangani puluhan jenazah dan korban luka-luka yang dibawa ke rumah sakit. Kecelakaan yang terjadi di Km 241, Trowek, Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya ini menewaskan 20 orang, menyebabkan 90 orang luka berat, dan 246 orang luka ringan.

Kereta nahas tersebut merupakan gabungan dari KA Kahuripan relasi Jakarta - Kediri dan KA Galuh relasi Jakarta - Banjar. KA Galuh yang terdiri dari 6 gerbong mengalami mogok di Stasiun Cibatu Garut. Kemudian, kedua kereta tersebut digabungkan menjadi satu rangkaian dengan dua lokomotif. Rangkaian kereta api ini kemudian melanjutkan perjalanan ke arah timur dari Stasiun Cibatu, sebelum akhirnya mengalami kecelakaan tragis di Trowek.

Wartawan senior, Firman Suryaman (60), warga Kota Tasikmalaya, mengenang betapa mengerikannya tragedi Trowek 1995. Proses evakuasi yang sulit karena lokasi kejadian berada di lembah perbukitan menjadi tantangan tersendiri bagi tim penyelamat. Menurut Firman, kecelakaan terjadi akibat kereta api melaju dengan kecepatan tinggi di jalur yang berkelok dan menurun, sehingga menyebabkan kereta anjlok.

Trowek: Lembah dengan Sejarah Kelam

Namun, tragedi 1995 bukanlah satu-satunya kecelakaan kereta api yang terjadi di Trowek. Dalam catatan sejarah, setidaknya ada dua insiden fatal lainnya yang juga merenggut banyak korban jiwa.

Pada tahun 1959, empat gerbong kereta api relasi Banjar - Bandung anjlok dan terjun ke jurang di Trowek. Kecelakaan ini menewaskan 185 jiwa. Koran Belanda Nieuwe Haarlemsche Courant yang terbit pada 30 Mei 1959 melaporkan bahwa kecelakaan terjadi sekitar pukul 06.30 WIB. Kereta tersebut dipadati penumpang, banyak dari mereka berdiri dan bergelantungan di luar jendela dan pintu.

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 24 September 1962, kecelakaan kembali terjadi di kawasan Trowek. Sebuah kereta api mengalami rem blong hingga akhirnya anjlok ke dasar jurang, menyebabkan 130 orang kehilangan nyawa.

Evaluasi dan Perubahan

Serangkaian tragedi yang terjadi di Trowek membuat PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) melakukan evaluasi menyeluruh. Salah satu langkah yang diambil adalah memberlakukan aturan ketat bagi kereta api yang akan melewati jalur tersebut, yaitu harus melalui pemeriksaan kelaikan di Stasiun Cipeundeuy. Selain itu, nama Stasiun Trowek pun diubah menjadi Stasiun Cirahayu sebagai upaya untuk menghilangkan stigma negatif yang melekat pada nama Trowek.

Daftar Tragedi Trowek:

  • 1959: 185 korban jiwa
  • 1962: 130 korban jiwa
  • 1995: 20 korban jiwa

Tragedi Trowek menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan dalam perjalanan kereta api. Evaluasi dan perbaikan sistem secara berkelanjutan diperlukan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.