Lawang Sewu, Simbol Toleransi: Ribuan Jemaat Rayakan Kenaikan Yesus Kristus dalam Kebersamaan
Semarang, Jawa Tengah - Bangunan bersejarah Lawang Sewu menjadi saksi bisu perayaan Kenaikan Yesus Kristus yang khidmat dan penuh toleransi pada Kamis (29/5/2025). Ribuan jemaat dari berbagai denominasi gereja di Semarang dan sekitarnya berkumpul untuk mengikuti ibadah perdana yang diselenggarakan di halaman dalam bangunan ikonik tersebut.
Sejak pagi hari, jemaat mulai berdatangan dan menempati kursi-kursi yang telah ditata menghadap ke Gedung A Lawang Sewu. Suasana khusyuk terasa saat lantunan lagu-lagu rohani berkumandang, diiringi dengan tarian tamborin yang dipersembahkan di panggung sisi kanan dan kiri serta lantai dua Gedung A. Ibadah ini menjadi momentum penting bagi umat Kristiani untuk merefleksikan makna Kenaikan Yesus Kristus ke surga.
Khotbah yang disampaikan oleh Pendeta Yohanes S. Praptowarso, Ph.D., dengan tema "Terhubung Erat dengan Sorga" yang diangkat dari Kisah Para Rasul 1:9-11, memberikan pencerahan dan menginspirasi jemaat untuk senantiasa meningkatkan kualitas spiritualitasnya. Pesan tentang pentingnya menjaga hubungan yang erat dengan Tuhan dan sesama menjadi inti dari khotbah tersebut.
Lawang Sewu dibuka secara gratis bagi para jemaat yang ingin beribadah mulai pukul 05.30 hingga 08.00 WIB. Setelah ibadah selesai, Lawang Sewu kembali dibuka untuk umum seperti biasa, menyambut wisatawan yang ingin menikmati libur panjang. Inisiatif ini menunjukkan komitmen PT KAI Wisata dalam mendukung kegiatan keagamaan dan menjadikan Lawang Sewu sebagai ruang publik yang inklusif.
Mariam Mintarsih, seorang jemaat dari Semarang Selatan, mengungkapkan rasa bangga dan senangnya dapat bergabung dengan jemaat dari gereja lain untuk merayakan Kenaikan Yesus Kristus. Ia merasakan atmosfer toleransi yang kental selama ibadah di Lawang Sewu, yang semakin menegaskan posisi Kota Semarang sebagai kota toleran. "Senang sekali bisa beribadah bersama jemaat dari berbagai gereja di tempat bersejarah ini. Ini menjadi bukti bahwa Semarang adalah kota yang toleran," ujarnya.
Setelah ibadah, banyak jemaat yang memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menikmati keindahan dan sejarah Lawang Sewu, bangunan yang dulunya merupakan kantor perkeretaapian pada masa penjajahan Belanda. Mereka mengabadikan momen tersebut dengan berfoto dan berkeliling di sekitar bangunan.
Penyelenggaraan ibadah Kenaikan Yesus Kristus ini merupakan kelanjutan dari suksesnya pelaksanaan Salat Idul Fitri 1446 Hijriyah pada 31 Maret 2025 di tempat yang sama. Hal ini menunjukkan komitmen PT KAI Wisata untuk menjadikan Lawang Sewu sebagai tempat yang terbuka dan inklusif bagi seluruh umat beragama.
Otnial Eko Pamiarso, Heritage Building Manager KAI Wisata, mengatakan bahwa kesuksesan penyelenggaraan Salat Idul Fitri sebelumnya menjadi inspirasi untuk kembali mengadakan kegiatan keagamaan di Lawang Sewu. Ia juga menambahkan bahwa jemaat yang hadir tidak hanya berasal dari Kota Semarang, tetapi juga dari kota-kota lain seperti Tegal dan Surabaya. "Lawang Sewu adalah milik masyarakat, dan kami mendukung kesatuan dan kesatuan dalam keberagaman," ujarnya.
Otnial juga menambahkan bahwa setelah ibadah Kenaikan Yesus Kristus, Lawang Sewu juga akan digunakan untuk pelaksanaan Salat Idul Adha pada pekan berikutnya. Hal ini semakin memperkuat citra Lawang Sewu sebagai simbol toleransi dan keberagaman di Kota Semarang.