Business Matchmaking: Strategi Alternatif Atasi Jebakan Kelas Menengah dan Tantangan Otomatisasi
Business Matchmaking: Strategi Alternatif Atasi Jebakan Kelas Menengah dan Tantangan Otomatisasi
Di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan masifnya adopsi kecerdasan buatan (AI), Indonesia berpacu dengan waktu untuk keluar dari jeratan middle income trap dan mempertahankan daya saing ekonomi. Sebuah pendekatan inovatif bernama business matchmaking muncul sebagai solusi potensial untuk mendorong pertumbuhan inklusif dan memperkuat ekosistem ekonomi lokal.
Erwin Suryadi, dalam karyanya berjudul "The Matchmaker", mengupas tuntas konsep business matchmaking sebagai strategi alternatif. Ia menekankan bahwa bonus demografi tidak akan memberikan dampak signifikan jika tidak ada ekosistem yang mampu menyerap dan memberdayakan talenta lokal. Lebih dari sekadar mempertemukan permintaan dan penawaran, business matchmaking hadir sebagai solusi untuk menciptakan kolaborasi yang berkelanjutan.
Ancaman Otomatisasi dan Kebutuhan Strategi Tepat
Otomatisasi dan penerapan teknologi AI mengancam keberadaan banyak jenis pekerjaan dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Profesi seperti teller bank, kasir, staf entry data, akuntan, hingga staf pembukuan rentan tergantikan oleh mesin. Tanpa strategi yang tepat, persoalan ketenagakerjaan akan menjadi semakin kompleks.
Konsep Business Matchmaking: Kolaborasi untuk Pertumbuhan
Business matchmaking merupakan pendekatan ekosistem yang mendorong kolaborasi jangka panjang antara:
- Pelaku industri besar
- Pabrikan lokal
- UMKM
- Lembaga pendidikan
Pendekatan ini menekankan pendampingan intensif untuk meningkatkan kualitas produk, efisiensi biaya, dan ketepatan pengiriman. Dengan demikian, pelaku ekonomi lokal dapat meningkatkan daya saing mereka.
Mengadopsi Pemikiran Soemitro Djojohadikusumo
Gagasan business matchmaking terinspirasi dari pemikiran ekonom terkemuka, Prof. Soemitro Djojohadikusumo. Soemitro menentang persaingan bebas tanpa regulasi di negara berkembang. Menurutnya, pasar tidak akan adil tanpa peran aktif negara sebagai pengatur dan pelindung pelaku ekonomi lokal. Prinsip ini sejalan dengan business matchmaking, yang menuntut keterlibatan aktif industri besar untuk membina pelaku lokal agar mampu bersaing secara sehat dan setara.
Sukses di Sektor Hulu Migas
Konsep business matchmaking telah berhasil diterapkan di sektor hulu minyak dan gas bumi melalui Forum Kapasitas Nasional yang diinisiasi oleh SKK Migas sejak 2021. Pengalaman ini membuktikan bahwa ketika industri besar bersedia membina dan mempercayai pelaku lokal, hasilnya sangat positif. Banyak pabrikan dalam negeri yang mampu bersaing di pasar global.
Business matchmaking menawarkan harapan baru bagi Indonesia untuk keluar dari middle income trap dan menghadapi tantangan otomatisasi. Dengan kolaborasi dan pendampingan yang tepat, ekonomi lokal dapat tumbuh lebih kuat dan berdaya saing.