Analis: Kebangkitan PPP di Pemilu 2029 Membutuhkan Sumber Daya yang Signifikan
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menghadapi tantangan berat untuk kembali meraih kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2029. Menurut Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, partai berlambang Ka'bah ini memerlukan sumber daya yang signifikan, terutama dalam bentuk logistik yang besar, untuk dapat bersaing secara efektif di kancah politik nasional.
Adi Prayitno menjelaskan bahwa tugas utama ketua umum PPP adalah membangun citra positif partai dan memperkuat soliditas di antara para kader. Namun, di era di mana pemilih cenderung pragmatis, keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut sangat bergantung pada ketersediaan logistik yang memadai. Sumber daya ini akan digunakan untuk berbagai kegiatan, mulai dari kampanye hingga upaya-upaya konsolidasi internal.
Beban berat yang diemban oleh ketua umum PPP menjadi faktor pertimbangan utama bagi sejumlah tokoh politik dalam menerima tawaran untuk memimpin partai tersebut. Hal ini terbukti dari penolakan yang datang dari mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Dudung Abdurachman, dan Menteri Sosial (Mensos), Saifullah Yusuf, terhadap tawaran untuk menduduki posisi tersebut.
Adi Prayitno menduga bahwa salah satu alasan utama penolakan tersebut adalah karena PPP gagal lolos ke parlemen pada Pemilu sebelumnya. Upaya untuk membawa PPP kembali ke DPR pada Pemilu 2029 bukanlah tugas yang mudah, dan membutuhkan komitmen serta sumber daya yang besar. Selain itu, Dudung Abdurachman dan Saifullah Yusuf mungkin lebih memilih untuk fokus membantu Presiden terpilih, Prabowo Subianto, dalam menjalankan program-program pemerintahannya.
"Mereka ingin fokus membantu Presiden Prabowo mengakselerasi semua visi misi politik Prabowo yang populis pro rakyat. Itu alasan utamanya. Karena apapun, nama-nama yang disebut PPP itu hari ini adalah pembantu Presiden," kata Adi.
Dudung Abdurachman sendiri telah menyatakan secara terbuka bahwa dirinya tidak berminat untuk menjadi ketua umum PPP. Ia mengaku belum ingin terjun ke dunia politik dan tidak mengetahui bahwa namanya masuk dalam bursa calon ketua umum partai tersebut.
Senada dengan Dudung Abdurachman, Saifullah Yusuf juga menolak tawaran untuk menjadi ketua umum PPP. Ia beralasan bahwa dirinya tidak sanggup memikul tanggung jawab yang besar yang melekat pada posisi tersebut. Saifullah Yusuf berpendapat bahwa ada banyak tokoh lain yang lebih layak untuk memimpin PPP ke depan.