Tanggapan Keras Tiongkok atas Pernyataan Macron tentang Taiwan dan Ukraina
Tiongkok melayangkan kritikan tajam terhadap pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang dinilai menyamakan isu Taiwan dengan konflik yang sedang berlangsung di Ukraina. Pemerintah Tiongkok menegaskan bahwa kedua permasalahan tersebut memiliki perbedaan mendasar dan tidak dapat diperbandingkan satu sama lain.
Kedutaan Besar Tiongkok di Singapura menyampaikan pernyataan tegas melalui media sosial, Sabtu (31/5/2025), yang menyatakan bahwa perbandingan antara masalah Taiwan dan Ukraina tidak dapat diterima. Reaksi ini muncul sebagai respons atas pernyataan Macron sebelumnya di hadapan para pejabat pertahanan Asia di Singapura. Macron menekankan pentingnya tidak menganggap invasi Rusia ke Ukraina sebagai isu yang terisolasi dan jauh dari kawasan Asia.
Macron, dalam forum Dialog Shangri-La, forum keamanan tahunan utama Asia, menyoroti implikasi global dari krisis Ukraina. Ia mempertanyakan konsekuensi yang mungkin terjadi di Taiwan jika Rusia diizinkan mencaplok wilayah Ukraina tanpa adanya batasan, kendala, atau reaksi yang signifikan dari tatanan global. Ia juga menyinggung potensi implikasi terhadap Filipina jika terjadi eskalasi konflik di kawasan.
Kedutaan Besar Tiongkok merespons dengan menyatakan bahwa isu Taiwan sepenuhnya merupakan urusan internal Tiongkok. Mereka menegaskan prinsip 'Satu Tiongkok,' yang menyatakan bahwa hanya ada satu Tiongkok di dunia, dan Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah Tiongkok. Pemerintah Tiongkok tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan militer untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya, meskipun Taiwan menganggap dirinya sebagai entitas yang berdaulat.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Pete Hegseth, dalam forum yang sama di Singapura, menyampaikan peringatan tentang peningkatan kesiapan militer Tiongkok. Hegseth menuding Beijing sedang mempersiapkan diri secara intensif untuk menggunakan kekuatan militer dalam upaya mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik. Ia menambahkan bahwa ancaman yang ditimbulkan oleh Tiongkok adalah nyata dan berpotensi terjadi dalam waktu dekat.
Hegseth memperingatkan bahwa militer Tiongkok sedang mengembangkan kemampuan untuk menyerang Taiwan dan berlatih untuk menghadapi situasi yang menyerupai skenario konflik yang sebenarnya. Pernyataan ini semakin mempertegas kekhawatiran internasional terkait potensi destabilisasi di kawasan akibat meningkatnya ketegangan antara Tiongkok dan Taiwan.