Ambruknya Jembatan Noyo: Bencana Alam Lumpuhkan Akses Vital di Nias Barat
Ambruknya Jembatan Noyo: Bencana Alam Lumpuhkan Akses Vital di Nias Barat
Robohnya Jembatan Noyo di Desa Tuwuna, Kecamatan Mandrehe, Kabupaten Nias Barat, Sumatera Utara, pada Rabu, 5 Maret 2025, akibat diterjang banjir bandang telah menimbulkan dampak signifikan terhadap perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat setempat. Jembatan sepanjang 90 meter ini, dengan 60 meter bagian tengahnya ambruk, merupakan akses utama penghubung vital bagi 97 dari 105 desa di tujuh kecamatan di Kabupaten Nias Barat, yang menampung total populasi 97.257 jiwa. Putusnya akses ini mengakibatkan terisolasinya puluhan desa dan menimbulkan kesulitan dalam berbagai sektor kehidupan.
Dampak paling nyata terlihat pada distribusi barang dan jasa. Pengangkutan kebutuhan pokok seperti bahan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar menjadi sangat terhambat. Waktu tempuh yang sebelumnya normal, kini bertambah menjadi 1,5 hingga 2 jam, bahkan lebih untuk logistik, karena warga terpaksa menggunakan jalur alternatif yang jauh lebih panjang dan menantang. Hal ini berdampak langsung pada harga-harga barang di pasar, yang cenderung meningkat karena tingginya biaya transportasi. Sektor pendidikan dan kesehatan pun turut terdampak. Akses anak-anak sekolah dan pasien yang membutuhkan layanan medis ke fasilitas kesehatan terdekat menjadi sangat sulit dan memakan waktu berjam-jam.
Bupati Nias Barat, Ellyunus Waruwu, mengungkapkan keprihatinannya atas situasi tersebut dan menjelaskan bahwa dampaknya sangat luas dan dirasakan oleh hampir seluruh wilayah Kabupaten Nias Barat. Ia menekankan pentingnya pemulihan akses transportasi secepatnya untuk meminimalisir dampak negatif yang terus meluas. Kondisi ini juga berpotensi memicu permasalahan sosial ekonomi lainnya, termasuk potensi kelangkaan barang dan penurunan pendapatan masyarakat.
Menanggapi bencana ini, Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, setelah meninjau lokasi kejadian pada Minggu, 9 Maret 2025, menyatakan komitmen Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk membangun kembali Jembatan Noyo pada tahun ini. Proyek pembangunan yang diestimasi menelan biaya sekitar Rp 40 miliar ini diperkirakan akan memakan waktu 9-10 bulan. Selain pembangunan jembatan, Pemerintah Provinsi Sumut juga berencana memperbaiki ruas jalan sepanjang 60 kilometer dari Simpang Miga hingga Sirombu, dengan anggaran sekitar Rp 350 miliar. Pemprov juga tengah mengevaluasi jalur alternatif yang paling efektif untuk sementara waktu, guna mengurangi kesulitan yang dihadapi masyarakat Nias Barat.
Sementara itu, Aipda Motivasi Gea dari Kasi Humas Polres Nias menjelaskan kronologi kejadian. Hujan deras yang dimulai sejak pukul 04.30 WIB menyebabkan Sungai Noyo meluap dan merusak jembatan sekitar pukul 05.00 WIB, sebelum akhirnya ambruk sekitar pukul 09.40 WIB. Kejadian ini sekaligus memutus jalur penghubung antara Nias Barat, Kabupaten Nias, dan Kota Gunung Sitoli. Kecepatan respons dan efektifitas langkah-langkah penanganan pasca bencana ini akan sangat menentukan kecepatan pemulihan kehidupan masyarakat Nias Barat.
Meskipun terdapat rencana pembangunan jembatan dan perbaikan jalan, tantangan yang dihadapi masih cukup besar. Perlu upaya kolaboratif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pihak swasta untuk memastikan proses pembangunan berlangsung cepat dan tepat guna, serta membantu masyarakat memenuhi kebutuhan pokok selama masa pemulihan. Perhatian terhadap aspek keselamatan dan kecepatan pembangunan sangat penting untuk meminimalisir dampak jangka panjang bencana ini bagi masyarakat Nias Barat.