Kunjungan Macron ke Indonesia: Diplomasi Budaya Perkuat Hubungan Bilateral

Diplomasi Budaya: Kunci Hubungan Erat Indonesia-Perancis

Kunjungan kenegaraan Presiden Perancis, Emmanuel Macron, ke Indonesia pada 28-29 Mei 2025 lalu, bukan hanya sekadar agenda pertemuan bilateral biasa. Lebih dari itu, kunjungan ini menyoroti pentingnya diplomasi budaya dalam mempererat hubungan antar negara. Di tengah sorotan terhadap kerja sama strategis di bidang pertahanan, energi, dan teknologi, diplomasi budaya tampil sebagai dimensi krusial yang seringkali terlewatkan. Salah satu momen penting dalam kunjungan ini adalah ketika Presiden Macron menyapa para perwira TNI di Akademi Militer Magelang dengan menggunakan bahasa Indonesia. Tindakan ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah gestur simbolik yang sarat makna, menunjukkan penghormatan terhadap bahasa dan budaya Indonesia.

Ucapan Presiden Macron tersebut mengingatkan pada kunjungan Presiden Barack Obama ke Indonesia beberapa tahun silam, ketika ia melontarkan kalimat sederhana namun berkesan, "Saya suka bakso." Ungkapan-ungkapan semacam ini memiliki kekuatan untuk menjembatani perbedaan budaya dan membangun koneksi emosional dengan masyarakat. Diplomasi budaya sendiri merupakan sebuah pendekatan yang memanfaatkan elemen-elemen budaya seperti bahasa, seni, kuliner, pendidikan, dan warisan sejarah untuk memperkuat hubungan antar negara. Dalam konteks hubungan Indonesia-Perancis, kerja sama ini telah lama terjalin melalui berbagai program pertukaran pelajar, kerja sama antar museum, pelatihan bahasa, dan promosi warisan budaya.

Penguatan Diplomasi Budaya di Era Kementerian Kebudayaan

Kunjungan Presiden Macron ke Indonesia juga menjadi semakin relevan dengan momentum pembentukan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia oleh Presiden Prabowo. Kehadiran kementerian ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menjadikan kebudayaan sebagai elemen strategis dalam pembangunan nasional dan diplomasi internasional. Dr. Hikmahanto Juwana, seorang pakar hubungan internasional dari Universitas Indonesia, menekankan bahwa diplomasi budaya merupakan fondasi bagi hubungan yang berkelanjutan. Ketika negara-negara membangun hubungan atas dasar kesamaan nilai budaya dan penghargaan terhadap warisan masing-masing, stabilitas hubungan akan menjadi lebih kuat.

Dengan adanya kementerian yang secara khusus menangani bidang kebudayaan, Indonesia kini memiliki instrumen yang lebih kuat untuk membangun pertukaran budaya, mendukung pelestarian budaya, dan menjadikan kebudayaan sebagai jembatan antarbangsa. Negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan Perancis telah membuktikan bahwa investasi yang serius dalam diplomasi budaya dapat memperluas pengaruh internasional dan meningkatkan reputasi global mereka secara signifikan. Perjanjian kebudayaan yang ditandatangani selama kunjungan Presiden Macron menandai momentum penting dalam penguatan diplomasi budaya antara kedua negara. Hal ini menjadi fondasi jangka panjang yang memperkaya hubungan bilateral Indonesia-Perancis dengan semangat kolaboratif dan penghormatan lintas budaya. Kunjungan ini bukan hanya tentang kerja sama ekonomi atau pertahanan, tetapi juga tentang membangun pemahaman dan rasa saling menghormati antar kedua bangsa. Ketika seorang pemimpin dunia berbicara dalam bahasa kita, ia membuka ruang resiprositas dan saling pengertian. Dengan strategi budaya yang terstruktur dan visioner, Indonesia tidak hanya menjaga harga diri bangsa, tetapi juga mengukir jejak dalam kesadaran budaya global.

Berikut adalah beberapa contoh implementasi diplomasi budaya antara Indonesia dan Perancis:

  • Pameran seni Indonesia di Musée du Quai Branly
  • Pertunjukan gamelan dan tari Bali di berbagai kota di Perancis
  • Kehadiran Centre Culturel Indonésien di Paris
  • Pengajaran bahasa Indonesia di beberapa universitas di Perancis

Kunjungan Macron ke Akademi Militer dan interaksi langsung dengan perwira TNI yang mempelajari bahasa Perancis juga mencerminkan dimensi baru dalam hubungan dua negara, yaitu cross-cultural capacity building. Ini bukan semata hubungan elite, tetapi upaya memperkuat people-to-people contact yang menjadi dasar kokoh hubungan bilateral yang berkelanjutan. Diharapkan Kementerian Kebudayaan mampu merumuskan kebijakan budaya nasional secara utuh, serta memperkuat diplomasi budaya dalam kerangka hubungan luar negeri.