Kisah Pilu Seorang Nenek: Salah Naik Pesawat, Terjebak di Kota Asing Ribuan Kilometer dari Tujuan
Kisah seorang wanita lanjut usia (lansia) bernama Lena, asal Kopenhagen, Denmark, menjadi viral setelah ia secara tidak sengaja menaiki pesawat yang salah dan berakhir di kota Bologna, Italia, yang berjarak lebih dari 1.100 kilometer dari tujuan awalnya, Berlin, Jerman. Insiden ini terjadi pada tanggal 22 Mei lalu ketika Lena hendak mengunjungi putranya, Paul-Johan, di Berlin.
Menurut laporan, Lena tiba di Bandara Kopenhagen tepat waktu dan telah menyelesaikan proses check-in. Ia menunggu informasi mengenai gerbang keberangkatannya. Setibanya di gerbang yang ditunjukkan, Lena melihat sejumlah penumpang sudah memasuki pesawat. Tanpa memeriksa detail penerbangan lebih lanjut, ia pun ikut masuk dan menjadi penumpang terakhir yang naik ke pesawat tersebut.
Kejanggalan mulai dirasakan Lena ketika ia melihat logo maskapai Ryanair di dalam kabin, bukan easyJet seperti yang ia pesan. Namun, ia berasumsi bahwa kedua maskapai tersebut mungkin sedang bekerja sama atau penerbangannya telah diubah tanpa pemberitahuan. Lena juga heran karena kursi yang seharusnya ia tempati ternyata kosong. Ia pun duduk dengan tenang, tanpa menyadari kesalahan yang telah diperbuat. Penerbangan yang memakan waktu lebih lama dari perkiraan juga tidak membuatnya curiga, karena ia mengira penerbangannya mengalami penundaan.
Kepanikan baru muncul ketika pesawat mendarat dan Lena melihat tulisan "Selamat Datang di Bologna" di papan nama bandara. Ia terkejut dan menyadari telah salah menaiki pesawat. Penjelasan awal menunjukkan bahwa pesawat easyJet yang seharusnya ia tumpangi berangkat dari gerbang yang sama dengan pesawat Ryanair ke Bologna, dengan jadwal keberangkatan yang berdekatan.
Namun, pertanyaan besar tetap ada: bagaimana Lena bisa lolos dari pemeriksaan boarding pass dan tiket oleh petugas bandara? Ryanair sendiri menyatakan bahwa setiap penumpang bertanggung jawab untuk memastikan mereka menaiki pesawat yang benar. Maskapai tersebut juga menambahkan bahwa terdapat beberapa titik pengecekan yang seharusnya memberikan informasi mengenai tujuan pesawat, termasuk layar di gerbang keberangkatan dan pengumuman di dalam pesawat.
Setibanya di Bologna, Lena mengalami kesulitan untuk menjelaskan situasinya kepada staf bandara. Seorang staf Ryanair bahkan menyalahkan Lena atas kesalahan tersebut. Merasa diperlakukan tidak adil dan direndahkan, Lena mengungkapkan bahwa ia merasa sangat rentan berada dalam situasi tersebut, apalagi dengan usianya yang sudah senja dan bepergian seorang diri.
Sementara itu, di Berlin, Paul-Johan menunggu kedatangan ibunya dengan cemas. Setelah lama menunggu dan Lena tak kunjung tiba, ia mencoba menghubunginya. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa ibunya berada di kota yang berjarak ratusan kilometer jauhnya.
Setelah kejadian tersebut, Lena diantar dengan taksi ke Venesia, di mana ia mendapatkan akomodasi untuk menginap semalam. Keesokan harinya, ia dialihkan ke penerbangan lain menuju Berlin melalui Venesia.
Ryanair menyatakan bahwa setelah mengetahui kejadian tersebut, mereka segera mengatur akomodasi semalam dan mengalihkan penumpang tersebut ke penerbangan berikutnya yang tersedia ke Berlin melalui Venesia.