Diskon Listrik Tuai Respons Dingin: Warga Lebih Prioritaskan Kestabilan Harga Bahan Pokok
Pemerintah telah mengumumkan inisiatif pemberian diskon tarif listrik sebesar 50% yang direncanakan berlaku mulai tanggal 5 Juni hingga 31 Juli 2025. Program ini diharapkan dapat meringankan beban ekonomi masyarakat, khususnya rumah tangga dengan daya listrik hingga 1.300 VA.
Namun, implementasi kebijakan ini tidak serta merta disambut dengan gegap gempita oleh seluruh lapisan masyarakat. Sebagian warga justru berpendapat bahwa pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari jauh lebih mendesak daripada sekadar penghematan biaya listrik bulanan.
Dini (43), seorang ibu rumah tangga asal Jakarta, mengungkapkan kekhawatirannya terkait prioritas kebutuhan keluarga. Ia berpendapat bahwa diskon untuk bahan-bahan pokok akan memberikan dampak yang jauh lebih signifikan bagi perekonomian rumah tangga dibandingkan dengan diskon listrik.
"Jujur saja, saya lebih memilih diskon bahan pokok. Kebutuhan makan itu tidak bisa ditunda. Setiap hari kita harus berbelanja beras, minyak, telur, dan sayuran. Semua itu wajib ada di dapur," ujarnya.
Menurut Dini, meskipun listrik merupakan kebutuhan vital, namun pembayarannya dilakukan setiap bulan. Sementara itu, kebutuhan dapur menyerap sebagian besar pendapatan keluarga menengah ke bawah dan harus dipenuhi setiap hari. Oleh karena itu, fluktuasi harga bahan pokok memiliki dampak langsung yang lebih besar.
"Pengeluaran untuk makan bisa mencapai 50-60% dari penghasilan, terutama bagi keluarga menengah ke bawah. Jadi, dampaknya akan jauh lebih terasa jika pemerintah memberikan subsidi atau diskon untuk bahan pokok," jelasnya.
Pengalaman masa lalu dengan program diskon listrik juga menjadi pertimbangan bagi Dini. Ia menceritakan bahwa setelah menikmati diskon pada bulan Januari dan Februari 2025, tagihan listrik di rumahnya justru mengalami lonjakan pada bulan April 2025. Hal ini menimbulkan kekecewaan dan ketidakpercayaan terhadap efektivitas program tersebut.
"Kami merasa seperti dipermainkan. Awalnya diberi harapan, tetapi kemudian bebannya ditarik kembali. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang. Kami sebagai rakyat kecil tidak ingin dikecewakan lagi," tegas Dini.
Dini menekankan bahwa bantuan pemerintah seharusnya difokuskan pada kebutuhan dasar masyarakat. Ia berharap pemerintah dapat memprioritaskan stabilisasi harga bahan pokok agar masyarakat, terutama keluarga berpenghasilan rendah, dapat memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.
"Jika pemerintah serius ingin membantu rakyat, tolong fokus pada hal yang paling mendasar, yaitu bahan pokok. Perut tidak bisa menunggu. Anak-anak juga membutuhkan makan setiap hari, bukan hanya setiap bulan," tambahnya.
Sebelumnya, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menjelaskan bahwa program diskon listrik ini merupakan bagian dari stimulus ekonomi kuartal II 2025. Program ini telah dibahas dalam Rapat Koordinasi Terbatas tingkat menteri pada tanggal 23 Mei 2025.
"Stimulus ekonomi kuartal II 2025 telah dibahas secara mendalam dalam Rakortas tingkat menteri pada 23 Mei, dan diputuskan untuk mulai diberlakukan pada 5 Juni 2025," ujar Susiwijono.
Program ini menargetkan sekitar 79,3 juta pelanggan rumah tangga di seluruh Indonesia. Diharapkan program ini dapat menjaga daya beli masyarakat selama masa libur sekolah dan mendorong konsumsi domestik.
Meski demikian, aspirasi masyarakat seperti yang diungkapkan oleh Dini, menjadi pengingat bahwa pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari tetap menjadi prioritas utama bagi banyak keluarga, terutama yang berpenghasilan menengah ke bawah.