Miliarder AS Klaim Remajakan Organ Reproduksi, Picu Kontroversi di Dunia Medis
Miliarder AS Klaim Remajakan Organ Reproduksi, Picu Kontroversi di Dunia Medis
Bryan Johnson, miliarder berusia 47 tahun asal Amerika Serikat, kembali menjadi sorotan setelah mengklaim telah berhasil meremajakan organ reproduksinya hingga menyerupai kondisi pada usia 22 tahun. Klaim ini muncul dari pengukuran ereksi malam hari menggunakan alat ciptaannya sendiri, Adam Sensor. Pernyataan kontroversial ini telah memicu perdebatan sengit di kalangan medis dan publik. Johnson, yang dikenal luas dalam komunitas anti-penuaan, sebelumnya telah menarik perhatian publik dengan tindakannya menyuntikkan plasma darah putranya demi mencapai tujuan awet muda.
Johnson berpendapat bahwa ereksi malam hari, atau nokturnal tumescence, merupakan biomarker penting yang mencerminkan kesehatan secara keseluruhan, baik pada pria maupun wanita. Ia mengklaim bahwa Adam Sensor, alat yang ia kembangkan, dapat melacak frekuensi dan durasi ereksi, menghasilkan skor AndroAge yang mengindikasikan 'usia' organ reproduksi. Berdasarkan data Adam Sensor, Johnson menyatakan bahwa organ reproduksinya kini memiliki AndroAge setara dengan usia 22 tahun. Ia bahkan membandingkan data tersebut dengan data putranya yang berusia 19 tahun, yang juga menunjukkan hasil AndroAge serupa.
Data yang Diklaim Johnson:
- AndroAge: Menunjukkan usia organ reproduksi setara 22 tahun, baik pada dirinya maupun putranya.
- Durasi Ereksi: Johnson mengklaim durasi ereksinya hanya berbeda dua menit dari putranya.
- Frekuensi dan Kualitas Ereksi: Data ini juga diklaim menunjukkan hasil yang menunjukkan keremajaan organ reproduksi.
Namun, klaim Johnson ini telah menuai kritik tajam dari berbagai pihak. Banyak yang mempertanyakan validitas metode pengukuran yang digunakan, serta etika di balik percobaan yang melibatkan putranya sendiri. Pakar kesehatan juga memperingatkan agar tidak terburu-buru menyimpulkan hubungan antara ereksi malam hari dan proses penuaan. Meskipun penelitian dari Wayne State University telah menunjukkan korelasi antara gangguan ereksi dengan penyakit seperti diabetes dan risiko kardiovaskular, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim Johnson tentang peremajaan organ reproduksi melalui metode yang ia gunakan.
Kritikan dari publik meluas, dengan banyak netizen yang mempertanyakan transparansi dan etika eksperimen Johnson. Kekhawatiran muncul tentang potensi dampak psikologis pada putra Johnson, yang ikut serta dalam percobaan tersebut. Pernyataan Johnson menimbulkan dilema etis yang kompleks, membentang antara pencarian personal untuk awet muda dengan konsekuensi ilmiah dan sosial yang jauh lebih luas.
Ke depan, penting bagi komunitas ilmiah untuk memeriksa secara teliti klaim Johnson dan menilai validitas metode serta kesimpulan yang ia tarik. Perdebatan ini menyoroti kebutuhan akan penelitian yang lebih mendalam dan etis dalam bidang anti-penuaan, serta pentingnya menjaga keseimbangan antara inovasi medis dengan tanggung jawab moral dan ilmiah.