Industri Penerbangan Global Dihadapkan pada Tantangan Ganda: Perang Dagang dan Target Emisi Nol

Masa Depan Suram Industri Penerbangan di Tengah Ketidakpastian Global

Industri penerbangan global menghadapi tantangan berat yang mengancam profitabilitas dan target keberlanjutan mereka. Pertemuan tahunan para pemimpin maskapai penerbangan di India pada awal Juni 2025 diperkirakan akan didominasi oleh diskusi mengenai dampak perang dagang dan keraguan atas pencapaian target emisi nol. Ketidakpastian politik global telah memicu kekhawatiran akan penurunan minat bepergian dan peningkatan biaya operasional bagi maskapai.

Kendati terjadi pemulihan pasar penumpang pasca-pandemi, maskapai penerbangan di seluruh dunia berjuang dengan berbagai masalah yang menggerogoti keuntungan. Kenaikan biaya operasional, keterlambatan pengiriman pesawat baru, masalah rantai pasokan yang berkelanjutan, dan penurunan harga tiket pesawat menjadi beberapa faktor yang berkontribusi pada kondisi sulit ini. Perang dagang yang dipicu oleh kebijakan proteksionis telah menciptakan ketidakpastian dan risiko baru bagi sektor dirgantara global. Industri yang sebelumnya menikmati perdagangan bebas tarif kini harus menghadapi pajak impor baru, sehingga mempersulit perencanaan bisnis dan meningkatkan biaya operasional.

Dilema Bahan Bakar Berkelanjutan dan Target Emisi Nol

Selain perang dagang, industri penerbangan juga menghadapi tantangan besar dalam mencapai target emisi nol bersih. Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) telah memperingatkan bahwa maskapai penerbangan kemungkinan besar tidak akan mencapai target keberlanjutan mereka. Masalah utama adalah pendanaan untuk transisi ke Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF) dan pengembangan teknologi baru.

SAF, yang diproduksi dari limbah minyak dan biomassa, saat ini jauh lebih mahal daripada bahan bakar jet konvensional. Hal ini menjadi hambatan signifikan bagi implementasi SAF secara luas. Meskipun maskapai penerbangan telah menyepakati target emisi nol bersih pada tahun 2050, mereka menghadapi tantangan besar dalam mengatasi biaya SAF yang tinggi dan kurangnya dukungan dari produsen SAF. Produksi SAF juga berjalan lambat, dengan produksi global pada tahun 2024 hanya mencapai 1 juta metrik ton, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,5 juta metrik ton.

Kurangnya kerangka regulasi yang konsisten dan memadai untuk mendorong produksi SAF juga menjadi perhatian utama. Permintaan SAF terus melampaui pasokan, dan biayanya tetap sangat tinggi. Kondisi ini semakin mempersulit upaya maskapai penerbangan untuk mencapai target keberlanjutan mereka dan mengurangi dampak lingkungan dari operasi mereka.