Fenomena Baru: Paus Bungkuk Melahirkan di Tengah Jalur Migrasi, Studi Ungkap Risiko bagi Anak Paus
Studi Mengungkap Kebiasaan Baru Paus Bungkuk: Melahirkan Sambil Bermigrasi
Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Marine Science edisi 20 Mei 2025, mengungkapkan fenomena mengejutkan dalam perilaku paus bungkuk (Megaptera novaeangliae). Para peneliti menemukan bahwa paus bungkuk betina ternyata dapat melahirkan di tengah-tengah perjalanan migrasi mereka yang panjang. Temuan ini menimbulkan pertanyaan baru tentang strategi reproduksi paus bungkuk dan risiko yang dihadapi anak paus yang baru lahir.
Penelitian yang dilakukan di perairan Australia dan Selandia Baru ini mencatat lebih dari 200 kelahiran anak paus di area studi, yang lokasinya berada sekitar 1.300 hingga 1.500 kilometer lebih selatan dari batas selatan wilayah kelahiran paus bungkuk yang diketahui sebelumnya di kawasan Australasia. Yang lebih mengejutkan, induk paus dan anak-anaknya tidak berhenti setelah proses kelahiran. Mereka melanjutkan migrasi ke arah utara menuju Australia Timur dan Selandia Baru.
Dr. Tracey Rogers dari University of New South Wales, penulis utama studi tersebut, beserta timnya masih belum mengetahui secara pasti alasan di balik perilaku unik ini. Namun, mereka mengamati bahwa sejumlah anak paus yang melakukan perjalanan jauh segera setelah lahir mengalami luka-luka. Hal ini memunculkan kekhawatiran tentang keselamatan anak-anak paus tersebut di tengah perjalanan migrasi yang berat.
Tantangan Migrasi Bagi Anak Paus
Migrasi merupakan bagian penting dari siklus hidup paus bungkuk. Setiap tahun, mereka melakukan perjalanan ribuan kilometer antara habitat musim panas di lintang tinggi dan habitat musim dingin di lintang rendah. Sebelumnya, para ilmuwan meyakini bahwa paus bungkuk betina hamil akan melakukan migrasi ke daerah tropis di lintang rendah untuk melahirkan, karena daerah tersebut dianggap lebih aman dan menyediakan kondisi yang ideal bagi anak paus yang baru lahir.
Temuan baru ini menantang asumsi tersebut. Melahirkan di tengah jalur migrasi, yang oleh para peneliti disebut sebagai "jalan raya paus bungkuk", memaksa anak paus yang masih lemah untuk berenang jauh lebih awal dari seharusnya. Kondisi ini meningkatkan risiko bagi anak paus, terutama karena mereka harus melewati perairan yang ramai dengan aktivitas manusia.
Potensi Ancaman dan Upaya Perlindungan
Pengamatan di Newcastle, Australia pada Juli 2024 menunjukkan adanya anak paus dengan luka-luka di tubuhnya. Meskipun penyebab luka tersebut belum diketahui, temuan ini menggarisbawahi kerentanan anak paus yang lahir di tengah migrasi. Anak paus yang lahir di perairan Tasmania, misalnya, harus berenang setidaknya 2.300 kilometer selama beberapa minggu pertama kehidupannya, melewati perairan dekat pusat perkotaan besar dan jalur pelayaran yang sibuk.
Di Australia dan Selandia Baru, terdapat aturan yang melarang orang untuk mengganggu atau mendekati induk paus dan anak-anaknya. Namun, para peneliti khawatir bahwa kurangnya kesadaran masyarakat, terutama di daerah wisata dan komersial, dapat menyebabkan pelanggaran terhadap aturan tersebut.
Populasi paus bungkuk di Australia Timur yang pernah hampir punah, kini diperkirakan berjumlah sekitar 30.000 hingga 50.000 ekor. Untuk melindungi anak paus dan induknya dari ancaman kepunahan, para peneliti merekomendasikan:
- Perluasan kawasan lindung.
- Kampanye perlindungan paus bungkuk.
- Penelitian lebih lanjut tentang habitat paus bungkuk selama migrasi.
Dengan upaya perlindungan yang tepat, diharapkan populasi paus bungkuk dapat terus pulih dan anak-anak paus yang lahir di tengah migrasi dapat memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bertahan hidup.