Banjir Sukabumi: Suami Korban Banjir Beri Klarifikasi, Ungkap Kronologi dan Komunikasi Terakhir
Banjir Sukabumi: Suami Korban Banjir Beri Klarifikasi, Ungkap Kronologi dan Komunikasi Terakhir
Tragedi banjir bandang yang melanda Sukabumi beberapa waktu lalu menyisakan duka mendalam bagi banyak keluarga, termasuk keluarga Aang Encis. Aang, yang sempat menjadi sorotan publik karena pernyataannya yang dinilai kontroversial terkait keselamatan istri dan anaknya, akhirnya memberikan klarifikasi menyeluruh terkait peristiwa nahas tersebut. Ia ditemui di Pasar Semi Modern Palabuhanratu, Senin (10/3/2025), dalam kondisi yang tampak tenang namun terbebani kesedihan. Aang memaparkan kronologi kejadian yang berujung pada meninggalnya istri dan anaknya, Santi alias Zahra, serta Nurul, akibat terjangan banjir.
Peristiwa bermula pada Kamis (6/3/2025), ketika Aang pulang ke kontrakannya sekitar pukul 17.00 WIB membawa sayur asem dan ikan asin. Cuaca kala itu masih cerah, tanpa tanda-tanda akan terjadi hujan deras. Ia menghubungi istrinya, Santi, yang sedang beribadah, untuk menanyakan kesiapan makanan. Setelah salat dan wiridan, sekitar pukul 18.00 WIB, hujan mulai turun. Aang sempat keluar membeli gorengan, kemudian makan bersama pegawai di tokonya. Ponselnya ditinggalkan di kontrakan karena kesulitan membawa makanan dan payung. Di toko, komunikasi dengan istrinya terputus akibat padamnya listrik.
Sekitar pukul 20.00 WIB, Santi datang ke toko dan menyampaikan niatnya pulang ke Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak. Aang menanyakan kepastian rencana istrinya sebelum Santi kembali ke kontrakan untuk mempersiapkan diri. Santi kembali ke toko dan mengatakan akan pulang. Aang hanya berpesan agar istrinya berhati-hati di jalan. Saat itulah banjir mulai merendam pasar. Santi kembali ke toko bersama Nurul, anak mereka, untuk pamitan. Namun, komunikasi dengan Santi terputus karena ponselnya dibawa oleh Santi sendiri. Aang mencoba menghubungi istrinya dengan telepon milik pegawainya, namun panggilannya tak dijawab. Belakangan diketahui, saat itu Santi sedang melakukan panggilan video dengan adiknya yang akan menjemputnya di kontrakan.
Berdasarkan keterangan adik iparnya, video call memperlihatkan air yang sudah mulai naik hingga ke depan pintu kontrakan. Santi sempat mengeluh kakinya pegal sebelum panggilan akhirnya terputus. Hingga pukul 22.00 WIB, Aang tak mendapat kabar dari istrinya. Aang mengaku baru mengetahui bahwa istrinya dan anaknya menjadi korban banjir setelah kontrakan mereka roboh. Kesulitan komunikasi, menurutnya, menjadi penyebab ia tidak mengetahui keberadaan istri dan anaknya.
Aang menegaskan bahwa semua keterangannya telah dikonfirmasi oleh pihak kepolisian. Polisi bahkan telah melakukan konfrontasi dengan berbagai saksi, termasuk adik ipar Aang. Hasilnya, semua keterangan dinyatakan sinkron dan tidak ada penyimpangan. Aang menyatakan keheranannya karena ia mengira istrinya telah pulang ke kampung halaman.
Kronologi Kejadian:
- Pukul 17.00 WIB: Aang pulang ke kontrakan.
- Pukul 18.00 WIB: Hujan mulai turun deras.
- Pukul 20.00 WIB: Santi menyampaikan niat pulang ke kampung.
- Pukul 20.00 WIB - 22.00 WIB: Komunikasi terputus, Aang tidak dapat menghubungi Santi.
- Setelah pukul 22.00 WIB: Aang mengetahui kontrakan roboh dan istri serta anaknya menjadi korban banjir.
Kejadian ini menyoroti pentingnya komunikasi yang efektif dalam situasi darurat dan perlunya kewaspadaan terhadap bencana alam.