Kenali Perbedaan Maag, Gastritis, dan GERD: Panduan Lengkap untuk Penanganan yang Tepat
Seringkali, keluhan seperti perut kembung, nyeri ulu hati, dan sensasi panas di dada dianggap sebagai gejala maag biasa. Padahal, gejala-gejala tersebut bisa jadi merupakan indikasi penyakit lambung lain yang lebih serius, seperti gastritis (radang lambung) atau GERD (gastroesophageal reflux disease). Meskipun memiliki gejala yang tumpang tindih, penting untuk memahami perbedaan ketiganya agar penanganan yang tepat dapat segera dilakukan.
Memahami Perbedaan Maag, Gastritis, dan GERD
Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Internist) Konsultan Hati & Saluran Cerna Mayapada Hospital Surabaya, dr. Gunady Wibowo R, Sp.PD, KGEH, penting untuk memahami perbedaan mendasar antara maag, gastritis, dan GERD. Maag, atau yang secara medis dikenal sebagai dispepsia, merupakan kumpulan gejala gangguan pencernaan yang terjadi di saluran pencernaan atas. Gejala dispepsia meliputi:
- Nyeri atau rasa terbakar di ulu hati (epigastrium)
- Perut terasa penuh
- Cepat kenyang
- Mual
- Muntah
Sementara itu, gastritis adalah peradangan pada dinding lambung. Gejala gastritis meliputi:
- Nyeri perih atau panas di ulu hati
- Perut kembung
- Mual dan muntah
- Nafsu makan menurun
- Cegukan
- Cepat kenyang
Pada kasus yang lebih parah, gastritis dapat menyebabkan perdarahan pada saluran cerna, yang ditandai dengan feses berwarna hitam dan muntah darah.
GERD, atau gastroesophageal reflux disease, terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan. Gejala GERD meliputi:
- Sensasi terbakar di dada (heartburn)
- Rasa asam atau pahit di mulut
- Nyeri di dada
- Sensasi mengganjal di tenggorokan
- Perut kembung
GERD dapat diperparah oleh beberapa faktor seperti makan dalam porsi besar, berbaring setelah makan, atau saat beristirahat malam. Kondisi ini disebabkan oleh melemahnya otot di bagian bawah kerongkongan (lower esophageal sphincter/ LES), sehingga asam lambung naik dan menyebabkan iritasi.
Faktor Pemicu dan Pencegahan
Gastritis dan GERD seringkali dipicu oleh gaya hidup yang kurang sehat, seperti pola makan yang tidak teratur, konsumsi makanan tinggi lemak, garam, pedas, atau asam secara berlebihan. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini termasuk penggunaan obat pereda nyeri yang berlebihan, merokok, stres, dan faktor usia. Kondisi medis tertentu seperti penyakit autoimun, HIV/AIDS, penyakit Crohn, riwayat operasi besar, serta gangguan ginjal atau liver juga dapat berkontribusi terhadap masalah lambung.
Untuk mencegah masalah pencernaan, dr. Gunady menyarankan:
- Menerapkan pola makan yang teratur dengan jeda 4-6 jam antara sarapan, makan siang, dan makan malam.
- Mengonsumsi camilan sehat untuk mencegah perut kosong.
- Membatasi makanan pedas, asam, dan kopi.
- Mengelola stres dengan baik.
Pentingnya Pemeriksaan Medis
Jika gejala penyakit lambung tidak membaik, segera konsultasikan dengan dokter. Dokter mungkin akan merekomendasikan endoskopi, prosedur pemeriksaan saluran pencernaan menggunakan endoskop. Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Internist) Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Muhamad Yugo Hario Sakti Dua, Sp.PD-KGEH, menjelaskan bahwa endoskopi memungkinkan dokter untuk melihat langsung kondisi lambung, termasuk lokasi dan tingkat keparahan peradangan, serta kemungkinan penyebab lain. Endoskopi juga dapat digunakan untuk tindakan medis seperti mengangkat polip, menghentikan perdarahan, atau mengambil sampel jaringan (biopsi). Dengan teknologi medis terkini, Gastrohepatology Center Mayapada Hospital menyediakan layanan komprehensif untuk diagnosis dan pengobatan gangguan saluran cerna.