Kolak Srikaya: Tradisi Ramadan Kampung Pekauman, Sidoarjo
Kolak Srikaya: Tradisi Ramadan Kampung Pekauman, Sidoarjo
Di jantung Kota Sidoarjo, tepatnya di Kampung Pekauman, dekat Masjid Jami Al-Albror yang bersejarah, sebuah tradisi Ramadan unik terjaga: kolak srikaya. Menjelang waktu berbuka puasa, gang-gang sempit kampung ini dipenuhi keramaian pembeli yang datang dari berbagai penjuru Sidoarjo dan sekitarnya. Aroma khas pandan dan santan menggoda selera, menandakan kehadiran kuliner khas Ramadan ini.
Berbeda dengan kolak pada umumnya, kolak srikaya Kampung Pekauman memiliki keunikan tersendiri. Meskipun namanya mengandung kata 'srikaya', kuliner ini justru tak menggunakan buah srikaya sama sekali. Komposisi bahannya sederhana: roti tawar, kolang-kaling, dan pisang rebus (jenis pisang agung atau pisang tanduk yang dikukus terlebih dahulu), semuanya berpadu dalam kuah santan gurih yang diberi sentuhan spesial berupa telur ayam. Inilah yang membedakan cita rasanya dengan kolak lainnya, menciptakan tekstur dan rasa yang unik dan menggugah selera.
Ifa Mutia (53), salah satu penjual kolak srikaya yang telah turun temurun membuat kuliner ini, menjelaskan proses pembuatannya yang dimulai sejak subuh hingga menjelang dhuhur. Setiap harinya, ia mampu menyiapkan hingga 200 cup kolak. Menjelang Lebaran, jumlahnya memang berkurang, menjadi sekitar 70 cup. Ia mengaku tak tahu pasti asal-usul nama 'kolak srikaya', namun tradisi pembuatannya telah berlangsung lama di kampung tersebut.
Bagi warga Sidoarjo, kolak srikaya bukan sekadar hidangan berbuka puasa biasa. Ia menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Ramadan di Kampung Pekauman. Seperti yang diungkapkan Alfiyah, seorang pembeli dari Kecamatan Porong, beliau selalu membeli kolak srikaya setiap Ramadan karena hanya tersedia saat bulan puasa. Rasa manis alami gula aren dan kuah santan hangat menjadi daya tarik tersendiri bagi para penikmatnya. Kolak srikaya bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol kebersamaan dan pelestarian tradisi kuliner khas Sidoarjo yang tetap eksis di tengah perkembangan zaman.
Lebih dari sekadar jajanan takjil, kolak srikaya menjadi bukti nyata bagaimana sebuah tradisi kuliner sederhana dapat bertahan dan menjadi ikon Ramadan di suatu daerah. Kehadirannya di Kampung Pekauman, di tengah hiruk pikuk aktivitas menjelang berbuka puasa, menawarkan pengalaman kuliner yang autentik dan mengesankan bagi warga Sidoarjo dan sekitarnya. Aroma harumnya, cita rasa manis dan gurihnya, serta proses pembuatannya yang penuh dedikasi, memperkuat posisi kolak srikaya sebagai warisan kuliner Ramadan yang patut dijaga dan dilestarikan.
Proses Pembuatan:
- Pemilihan bahan baku berkualitas, terutama pisang agung.
- Proses pengukusan pisang untuk tekstur yang lebih lembut.
- Pengolahan kuah santan dengan daun pandan untuk aroma harum.
- Penambahan telur ayam sebagai ciri khas kolak srikaya.
- Penyajian dalam cup plastik yang rapi dan higienis.
Kolak srikaya menjadi bukti nyata bagaimana sebuah tradisi sederhana mampu bertahan dan tetap diminati dari generasi ke generasi. Kehadirannya menjadi bagian tak terpisahkan dari semangat Ramadan di Sidoarjo.