Jerman Mengkritik Operasi Militer Israel di Gaza, Seruan untuk Solusi Dua Negara Menguat
Pergeseran Sikap Jerman Terhadap Konflik Israel-Palestina
Berlin menunjukkan perubahan signifikan dalam pendekatannya terhadap konflik Israel-Palestina, dengan kritikan keras yang ditujukan kepada operasi militer Israel di Jalur Gaza. Kanselir Friedrich Merz, dalam pernyataan terbarunya, mempertanyakan justifikasi tindakan Israel yang terus berlanjut dengan alasan memerangi Hamas. Merz berencana untuk segera berdiskusi langsung dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk menyampaikan keprihatinan Jerman.
Merz menegaskan bahwa Israel harus menahan diri dan tidak melampaui batas dalam tindakannya. Ia juga menekankan penolakan Jerman terhadap segala bentuk pengusiran paksa warga Palestina dan penggunaan kelaparan sebagai strategi perang. Pernyataan ini menandai perubahan penting dalam sikap Jerman, yang selama ini dikenal sebagai pendukung setia Israel.
Dukungan untuk Solusi Dua Negara
Jerman secara konsisten mendukung solusi dua negara sebagai kerangka kerja untuk mencapai perdamaian yang adil dan permanen antara Israel dan Palestina. Merz, yang juga merupakan pemimpin partai CDU, menekankan bahwa wilayah Gaza dan Tepi Barat adalah hak rakyat Palestina dalam kerangka penyelesaian dua negara.
Perubahan nada diplomatik ini didorong oleh meningkatnya jumlah korban sipil, kerusakan infrastruktur yang meluas, dan situasi kemanusiaan yang memburuk di Gaza. Pemerintah Jerman merasa perlu untuk mengambil sikap yang lebih seimbang dalam menanggapi perkembangan di lapangan.
Seruan untuk Negosiasi dan Penghentian Kekerasan
Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul, juga menyuarakan keprihatinannya atas kondisi di Gaza. Meskipun menolak gagasan embargo senjata terhadap Israel, Wadephul menegaskan bahwa Jerman tidak dapat menerima situasi saat ini. Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Spanyol, ia menyerukan dimulainya kembali proses negosiasi antara Israel dan Hamas.
"Tidak boleh ada pengusiran paksa. Tidak boleh juga menggunakan kelaparan sebagai senjata," tegas Wadephul, menekankan pentingnya menghormati hukum humaniter internasional.
Dilema Moral dan Tanggung Jawab Sejarah
Komisaris Pemerintah Jerman untuk Urusan Antisemitisme, Felix Klein, menyerukan diskusi yang lebih jujur dan terbuka tentang hubungan Jerman dengan Israel. Ia menekankan bahwa dukungan terhadap keamanan Israel tidak berarti menyetujui semua tindakan militernya.
"Kita tentu punya kewajiban untuk menjamin keselamatan Israel dan komunitas Yahudi," kata Klein. "Namun, jika warga Palestina dibiarkan kelaparan dan penderitaan di Gaza terus diperparah, itu sudah keluar dari konteks mempertahankan eksistensi Israel.”
Klein juga mempertanyakan proporsionalitas langkah-langkah militer Israel, mengingat tingginya jumlah korban sipil dan penderitaan yang meluas di wilayah konflik.
Hubungan Jerman dan Israel telah lama didasarkan pada tanggung jawab sejarah atas Holocaust. Namun, pemerintah Jerman kini menghadapi dilema moral dan politik. Di satu sisi, Jerman ingin tetap setia pada komitmen sejarahnya. Di sisi lain, ia harus merespons tekanan internasional untuk menghentikan bencana kemanusiaan di Gaza dan mendorong solusi politik yang berkelanjutan.