Penjualan Motor Listrik Lesu, Industri Minta Kejelasan Insentif Pemerintah Tahun 2025

Penjualan Motor Listrik Lesu, Industri Minta Kejelasan Insentif Pemerintah Tahun 2025

Industri sepeda motor listrik di Indonesia menghadapi tantangan serius di awal tahun 2025. Penurunan drastis minat beli masyarakat telah mengakibatkan oversupply dan penumpukan stok di sejumlah produsen dan diler. Kondisi ini dipicu oleh ketidakjelasan skema insentif pemerintah untuk pembelian motor listrik pada tahun ini, sebuah faktor krusial yang selama ini mendorong daya beli konsumen.

Purbaja Pantja, CEO PT Ilectra Motor Group, produsen motor listrik Alva, menyatakan keprihatinannya atas situasi ini. Ia berharap pemerintah segera memberikan kejelasan mengenai bentuk dan mekanisme insentif yang akan diterapkan. "Apapun bentuknya, kami akan menyambut baik, karena keringanan bagi konsumen akan sangat membantu meningkatkan penjualan," ujar Purbaja dalam keterangannya baru-baru ini. Ia menambahkan harapan agar insentif tersebut dapat segera direalisasikan, bahkan menjadi stimulus penjualan menjelang Lebaran. Harapan serupa juga disampaikan oleh Asosiasi Industri Motor Listrik Indonesia (Aismoli).

Ketidakpastian mengenai insentif ini berdampak signifikan pada perencanaan strategis industri. Pada tahun 2024, program subsidi pemerintah senilai Rp 7 juta per unit telah habis tersalurkan. Meskipun telah ada kabar bahwa insentif akan dilanjutkan di tahun 2025, hingga Maret belum ada kejelasan resmi dari pemerintah. Aismoli mendesak pemerintah untuk segera memberikan kepastian, bukan hanya mengenai kelanjutan program, tetapi juga mengenai durasi pelaksanaannya. Aismoli menyarankan agar insentif diberikan selama lima tahun, bukan hanya satu tahun seperti sebelumnya.

"Durasi bantuan yang hanya satu tahun menyebabkan penurunan minat beli dan menghambat perencanaan jangka panjang industri. Industri jadi terus menunggu kebijakan selanjutnya, sehingga rentan terhadap ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran," jelas perwakilan Aismoli. Mereka khawatir jika permintaan tiba-tiba meningkat, industri tidak akan siap memenuhi, atau sebaliknya, kelebihan suplai akan terus berlanjut. Situasi ini diperparah oleh kesalahan perencanaan produksi pada tahun lalu. Kuota subsidi yang diumumkan mencapai 400.000 unit, mendorong peningkatan produksi. Namun, realisasinya hanya 50.000 unit, mengakibatkan overproduksi yang signifikan dan kerugian bagi produsen.

Ketidakpastian kebijakan pemerintah ini bukan hanya mengancam kelangsungan usaha para produsen motor listrik, tetapi juga menghambat upaya pemerintah sendiri dalam mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan. Oleh karena itu, kejelasan dan kepastian mengenai insentif menjadi sangat penting untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mendorong pertumbuhan industri motor listrik di Indonesia.

Berikut beberapa poin penting yang menjadi sorotan:

  • Oversupply dan Penumpukan Stok: Akibat penurunan minat beli, produsen dan diler mengalami oversupply.
  • Ketidakjelasan Insentif: Ketiadaan kejelasan mengenai insentif pemerintah untuk tahun 2025 menjadi penyebab utama penurunan minat beli.
  • Desakan dari Aismoli: Asosiasi meminta kejelasan insentif dan durasi bantuan yang lebih panjang (5 tahun).
  • Kesalahan Perencanaan Produksi: Kesalahan estimasi kuota subsidi tahun 2024 mengakibatkan overproduksi.
  • Dampak terhadap Industri: Ketidakpastian kebijakan mengancam kelangsungan usaha dan pertumbuhan industri motor listrik.