Polemik Konsumsi Susu 2 Liter Sehari: Tanggapan Dokter dan Perubahan Paradigma Gizi
Polemik Konsumsi Susu 2 Liter Sehari: Tanggapan Dokter dan Perubahan Paradigma Gizi
Pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) mengenai konsumsi susu sebanyak 2 liter per hari untuk meningkatkan tinggi badan anak menuai sorotan tajam dari kalangan medis dan pakar gizi. Klaim tersebut, yang disampaikan dalam acara peluncuran program gizi di sebuah pondok pesantren, memicu perdebatan mengenai relevansi susu sebagai sumber nutrisi utama, terutama bagi anak-anak usia sekolah.
Kritik Pedas dari Dokter
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum, seorang dokter ternama, menyampaikan kritiknya dengan tegas, menyebut klaim tersebut "SESAT." Menurutnya, anak usia sekolah lebih membutuhkan protein hewani dari sumber seperti telur, daging, dan ikan, bukan lagi susu sebagai asupan utama. Selain itu, ia menyoroti tingginya angka intoleransi laktosa pada etnis Melayu, yang dapat menjadi masalah jika mengonsumsi susu dalam jumlah besar.
Senada dengan Tan Shot Yen, Dokter Spesialis Gizi Klinis dr. Nurul Ratna Mutu Manikam M.Gizi, Sp.GK, menekankan pentingnya makanan padat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak di atas usia 1 tahun. Konsumsi susu berlebihan justru dapat menimbulkan masalah kesehatan, seperti kekurangan zat besi dan peningkatan kadar gula darah. Beliau menjelaskan bahwa susu bukanlah sumber zat besi yang baik, kecuali jika difortifikasi dengan zat besi dan vitamin C yang sesuai dengan dosis usia. Asupan gula berlebih dari susu juga menjadi perhatian, meskipun telah ada regulasi mengenai penggunaan gula dalam susu pertumbuhan.
Dr. Nurul juga menambahkan bahwa konsumsi susu yang berlebihan dapat menyebabkan anak merasa kenyang dan enggan mengonsumsi makanan padat yang kaya nutrisi penting lainnya.
Perubahan Paradigma Gizi: Dari 4 Sehat 5 Sempurna ke "Isi Piringku"
Dr. Santi, seorang Health Management Specialist, menjelaskan bahwa susu kini bukan lagi merupakan komponen wajib dalam pola makan sehari-hari. Konsep "4 Sehat 5 Sempurna" yang dahulu menempatkan susu sebagai penyempurna gizi telah digantikan dengan panduan "Isi Piringku" yang dipromosikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).
Dalam "Isi Piringku", piring makan dibagi menjadi dua bagian utama: 50% untuk sayur dan buah, dan 50% untuk makanan pokok dan lauk pauk. Susu kini dianggap sebagai salah satu pilihan sumber protein, dan pemenuhan kebutuhan protein, kalsium, vitamin D, dan nutrisi lainnya dapat diperoleh dari berbagai sumber makanan.
Dr. Nurul Ratna Mutu Manikam menekankan bahwa untuk mencapai pertumbuhan tinggi badan yang optimal, anak-anak perlu mendapatkan asupan makronutrien yang cukup, meliputi energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Kekurangan salah satu komponen tersebut dapat mengganggu pertumbuhan. Selain itu, asupan vitamin dan mineral seperti vitamin D, kalsium, fosfor, magnesium, seng, dan yodium juga penting untuk menunjang pertumbuhan.
Dengan perubahan paradigma gizi dan penekanan pada pola makan seimbang, klaim mengenai manfaat konsumsi susu 2 liter sehari perlu dikaji ulang secara kritis. Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi tetap menjadi langkah terbaik untuk menentukan kebutuhan nutrisi individu dan merencanakan pola makan yang sehat dan sesuai.