Dedikasi Tanpa Batas: Kisah Maestro Yusuf Gayos, dari Honorer hingga PNS Berkat Seni

Di kedalaman Kabupaten Batanghari, Jambi, mengalir sebuah kisah inspiratif tentang seorang maestro seni tradisional bernama Yusuf Gayos. Syair-syairnya bukan sekadar rangkaian kata, melainkan cerminan kehidupan, harapan, dan kecintaan mendalam pada tanah kelahirannya. Pengakuan atas dedikasinya yang tak kenal lelah datang dari berbagai penjuru, termasuk penghargaan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Joko Widodo pada tahun 2022.

Perjalanan seni Yusuf Gayos dimulai sejak usia belia, sekitar 10 tahun, di bawah bimbingan paman dan kakeknya. Ia tumbuh sebagai bagian dari generasi kelima keluarga seniman tradisi di Batanghari. Meskipun dengan keterbatasan pendidikan formal, bakat seninya yang luar biasa menarik perhatian Pemerintah Kabupaten Batanghari. Tanpa ragu, mereka mengangkatnya sebagai pegawai honorer, sebuah langkah yang membuka lembaran baru dalam hidupnya.

Selama belasan tahun mengabdi sebagai honorer, Yusuf Gayos terus berkarya, menciptakan ratusan lagu yang memukau. Empat albumnya berhasil menembus dapur rekaman, dan popularitasnya merambah dunia digital hingga panggung internasional. Kehadirannya dalam tim kesenian tingkat provinsi membawanya tampil di berbagai negara, termasuk Prancis, Malaysia, Singapura, dan bahkan Kanada, mengharumkan nama bangsa di kancah dunia.

Momen bersejarah datang setelah bencana tsunami Aceh pada tahun 2004. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan apresiasi dengan mengangkatnya sebagai PNS pada tahun 2005. Di tengah kesibukannya, Yusuf Gayos menyempatkan diri mengikuti kursus baca tulis, sebagai upaya meningkatkan profesionalitasnya dalam melestarikan kesenian.

Jiwa seninya terus berkobar. Ia mendirikan Sanggar Seni Mayang Mangurai, sebuah wadah untuk melatih dan membina generasi muda. Bahkan setelah pensiun, ia tetap setia membimbing anak-anak muda, mewariskan ilmu dan kecintaannya pada seni tradisional.

Ironisnya, di balik popularitas lagu-lagunya di YouTube dan dinyanyikan oleh penyanyi terkenal seperti Ikke Nurjanah, Yusuf Gayos belum pernah merasakan manisnya royalti. Meskipun demikian, ia tidak terlalu mempermasalahkannya, menganggapnya sebagai amal ibadah.

Kondisi kesehatan Yusuf Gayos saat ini memang sedang menurun. Ia menderita berbagai penyakit komplikasi. Namun, semangatnya untuk berkarya tidak pernah padam. Ia tetap hadir di sanggar, melatih dengan penuh dedikasi, mempersiapkan pementasan yang akan datang.

Dedikasi dan kontribusi Yusuf Gayos juga mendapat pengakuan dari Lembaga Adat Melayu Batanghari, yang menganugerahinya penghargaan Karang Setio. Penghargaan ini diberikan kepada tokoh-tokoh yang berjasa besar dalam pengembangan seni budaya. Selain itu, ia juga menerima penghargaan sebagai maestro seni musik dari Dewan Kesenian Batanghari.

Di tengah kesibukannya, Yusuf Gayos tidak pernah melupakan keluarga. Dukungan dari sang istri, Asiah, menjadi sumber kekuatannya dalam berkarya. Baginya, keluarga adalah tempat untuk pulang, tempat untuk berbagi suka dan duka.

Kisah Yusuf Gayos adalah cerminan dari dedikasi, ketekunan, dan cinta yang mendalam pada seni tradisional. Ia adalah inspirasi bagi kita semua untuk terus berkarya dan melestarikan warisan budaya bangsa.