Mengupas Perbedaan Esensial: Matcha dan Hojicha, Dua Varian Teh Hijau Jepang yang Digemari
Teh hijau asal Jepang telah lama memikat para penikmat teh di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di antara beragam jenisnya, matcha dan hojicha muncul sebagai dua varian yang sangat populer. Keduanya kerap diolah menjadi minuman latte yang lezat atau dijadikan topping yang menggugah selera pada berbagai hidangan penutup.
Namun, di balik popularitasnya, masih banyak yang belum sepenuhnya memahami perbedaan mendasar antara matcha dan hojicha. Padahal, keduanya memiliki karakteristik unik yang membedakannya, mulai dari rasa, aroma, warna, hingga kandungan kafeinnya.
Asal Bahan Baku yang Berbeda
Perbedaan paling mendasar terletak pada bahan baku dan proses pengolahannya. Matcha terbuat dari daun teh muda berkualitas tinggi yang digiling halus menjadi bubuk berwarna hijau cerah. Proses ini memastikan seluruh bagian daun teh, termasuk nutrisinya, dapat dinikmati.
Sementara itu, hojicha tidak hanya menggunakan daun teh, tetapi juga memanfaatkan batang dan tangkai tanaman teh. Bagian-bagian tanaman teh ini kemudian dipanggang pada suhu tinggi, sekitar 200 derajat Celcius, untuk menghasilkan aroma dan rasa yang khas. Setelah dipanggang, hojicha dapat disajikan dalam bentuk daun utuh atau digiling menjadi bubuk, mirip dengan matcha.
Kandungan Kafein yang Signifikan
Perbedaan lainnya adalah kandungan kafein. Matcha dikenal memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi dibandingkan hojicha. Secara umum, dalam 100 gram matcha terkandung sekitar 3,2 gram kafein. Kandungan kafein yang tinggi ini berasal dari penggunaan daun teh muda yang kaya akan kafein.
Sebaliknya, hojicha hanya mengandung sekitar 0,13 gram kafein per 100 gramnya. Hal ini disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, hojicha menggunakan bagian tanaman teh yang secara alami memiliki kandungan kafein yang lebih rendah. Kedua, proses pemanggangan yang dilalui hojicha dapat memecah sebagian kafein yang terkandung dalam daun teh.
Karena perbedaan kandungan kafein ini, matcha lebih cocok dinikmati di pagi hari untuk memberikan dorongan energi, sedangkan hojicha lebih ideal untuk dinikmati di malam hari karena efeknya yang lebih menenangkan.
Profil Rasa dan Aroma yang Beragam
Proses pemanggangan yang menjadi ciri khas hojicha memberikan dampak signifikan pada rasa dan aroma teh ini. Pemanggangan membantu mengurangi rasa pahit yang umum ditemukan pada teh hijau, sehingga menghasilkan rasa yang lebih lembut dan mudah dinikmati. Hojicha umumnya memiliki rasa yang sedikit manis, dengan sentuhan aroma smokey dan earthy yang khas.
Matcha, di sisi lain, menawarkan pengalaman rasa yang lebih kompleks. Teh ini memiliki rasa umami yang gurih, dengan aroma segar seperti rumput yang baru dipotong. Kombinasi rasa dan aroma ini memberikan sensasi yang unik dan menyegarkan.
Perbedaan Warna yang Mencolok
Perbedaan visual antara matcha dan hojicha juga sangat mencolok. Matcha memiliki warna hijau cerah yang khas, hasil dari kandungan klorofil yang tinggi pada daun teh yang ditanam di tempat teduh.
Hojicha, sebaliknya, memiliki warna cokelat kemerahan yang berasal dari proses pemanggangan. Intensitas warna cokelat pada hojicha dapat bervariasi, tergantung pada metode pemanggangan, waktu panen, dan asal daun teh yang digunakan.
Bentuk Penyajian yang Berbeda
Matcha selalu disajikan dalam bentuk bubuk halus dan diseduh dengan cara khusus menggunakan pengaduk bambu yang disebut chasen. Tujuannya adalah untuk memastikan bubuk matcha tercampur sempurna dengan air dan menghasilkan tekstur yang lembut dan berbusa.
Hojicha, di sisi lain, dapat disajikan dalam bentuk daun utuh atau bubuk. Jika disajikan dalam bentuk daun utuh, hojicha dapat diseduh seperti teh biasa menggunakan teko atau french press. Sementara itu, hojicha bubuk dapat diseduh dengan cara yang sama seperti matcha atau digunakan sebagai bahan dalam berbagai resep makanan dan minuman.