AHY Serukan Kolaborasi Lintas Sektor Atasi Polusi Udara Jakarta

Jakarta tengah menghadapi tantangan serius terkait kualitas udara, dan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menekankan perlunya tindakan kolektif untuk mengatasi masalah ini. Dalam forum Clean Air yang diselenggarakan di Jakarta Pusat pada hari Rabu, AHY menyoroti bahwa polusi udara sering kali terabaikan sebagai bagian dari isu perubahan iklim yang lebih besar.

AHY menekankan bahwa dampak buruk polusi udara paling dirasakan oleh masyarakat kalangan bawah. Oleh karena itu, ia menyerukan keterlibatan aktif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan sektor swasta, untuk bersama-sama mencari solusi inovatif dan efektif.

"Jakarta, tempat kita hidup ini, harus selamat dari bencana polusi," tegas AHY. Ia mengakui bahwa meskipun bukan ahli dalam bidang polusi, ia merasakan dampak negatifnya bersama seluruh masyarakat. AHY menekankan bahwa pemerintah memiliki peran penting untuk hadir dan memberikan solusi. Selain itu, akademisi diharapkan dapat memberikan sumbangsih melalui penelitian dan pengembangan teknologi yang ramah lingkungan. Tak kalah penting, AHY juga menyerukan kepada pelaku dunia usaha untuk bertanggung jawab atas emisi CO2 yang dihasilkan dari aktivitas industri dan transportasi mereka.

Menko AHY menjelaskan bahwa Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan memiliki tanggung jawab dalam penanganan polusi udara karena sektor transportasi berada di bawah koordinasinya. Data menunjukkan bahwa sektor transportasi merupakan penyumbang utama polusi di Jakarta, mencapai sekitar 60% dari total polusi udara. Partikel halus (PM2.5) yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika terhirup.

AHY mendukung penuh berbagai upaya untuk mengurangi polusi udara di sektor transportasi, industri, energi, dan konstruksi. Beberapa langkah strategis yang didukungnya antara lain:

  • Peralihan ke Bahan Bakar Berstandar Euro IV: Penggunaan bahan bakar dengan kandungan sulfur rendah dapat secara signifikan mengurangi emisi gas buang kendaraan bermotor.
  • Elektrifikasi Kendaraan: Mendorong penggunaan kendaraan listrik sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan.
  • Penggunaan Energi Bersih: Beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan terbarukan untuk mengurangi emisi dari sektor industri dan pembangkit listrik.

AHY juga menggarisbawahi efektivitas beberapa langkah strategis dalam menurunkan emisi:

  • Penggunaan bahan bakar rendah sulfur dapat menurunkan emisi hingga 36%.
  • Transisi dari boiler batubara ke teknologi yang lebih bersih dapat menurunkan emisi sebesar 27%.
  • Peningkatan penggunaan transportasi publik dapat menurunkan emisi sebesar 9%.
  • Eliminasi pembakaran terbuka dapat menurunkan emisi sebesar 8%.

Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat, AHY optimis bahwa Jakarta dapat mengatasi masalah polusi udara dan menciptakan lingkungan hidup yang lebih sehat dan berkelanjutan.