Waduk Retensi Marunda: Proyek Pengendalian Banjir Terbengkalai Setelah Satu Dekade
Jakarta Utara, sebuah proyek ambisius untuk mengatasi banjir di wilayah Cilincing, Waduk Retensi Marunda, kini menjadi monumen kegagalan pembangunan yang terbengkalai selama lebih dari satu dekade. Inisiatif yang dimulai sekitar tahun 2014, pada masa pemerintahan Joko Widodo sebagai Gubernur Jakarta, bertujuan untuk menciptakan solusi berkelanjutan terhadap banjir yang sering melanda akibat luapan Kali Blencong.
Lebih dari sekadar proyek pengendalian banjir, Waduk Retensi Marunda awalnya dirancang untuk menjadi ruang publik yang vital bagi masyarakat pesisir Jakarta. Rencana tersebut mencakup pembangunan taman-taman indah di sekeliling waduk, yang akan berfungsi sebagai tempat berkumpul, berolahraga, bersantai, dan terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi. Visi tersebut adalah menciptakan ruang terbuka hijau yang akan meningkatkan kualitas hidup warga setempat dan memperkuat rasa komunitas.
Namun, kenyataan pahitnya adalah bahwa proyek ini tidak pernah terwujud sepenuhnya. Sebuah tinjauan baru-baru ini mengungkapkan bahwa, meskipun badan waduk itu sendiri telah terbentuk dan terpelihara dengan baik, area sekitarnya yang seharusnya menjadi taman yang ramai justru dibiarkan terlantar. Vegetasi yang tidak terawat, seperti ilalang yang tumbuh tinggi, menutupi lanskap, memberikan kesaksian bisu tentang janji-janji yang tidak terpenuhi.
Pintu masuk ke waduk, yang dulunya menjanjikan akses ke ruang publik yang dinamis, sekarang ditutup rapat dengan pagar seng, secara simbolis dan fisik menghalangi warga dari potensi manfaat proyek tersebut. Paving block yang dulunya menghiasi jalan masuk kini hancur, menambah suasana terbengkalai. Di dalam area waduk, sebuah bangunan semi permanen terbuat dari kayu berdiri sebagai satu-satunya tanda aktivitas, meskipun tujuan pasti dari pembangunan apa pun yang mungkin sedang berlangsung tetap tidak jelas.
Terlepas dari upaya untuk mendapatkan akses dan mengumpulkan informasi lebih lanjut, para pejabat di lokasi tidak mengizinkan masuk ke area waduk. Hal ini semakin meningkatkan rasa misteri dan pertanyaan seputar keadaan proyek saat ini dan rencana masa depannya.
Sejarah Waduk Retensi Marunda berakar pada transformasi lahan empang milik warga setempat menjadi badan air tunggal yang luas oleh Pemerintah Provinsi Jakarta. Meskipun gagasan di balik proyek ini pada awalnya dipuji sebagai langkah maju dalam pengendalian banjir dan peningkatan ruang publik, pelaksanaannya terhambat oleh berbagai tantangan, menyebabkan penundaan dan akhirnya, terbengkalai.
Saat ini, Waduk Retensi Marunda berdiri sebagai pengingat yang menyedihkan akan potensi yang tidak terealisasi dan konsekuensi dari proyek pembangunan yang terbengkalai. Nasibnya tetap tidak pasti, dan warga Cilincing ditinggalkan untuk bertanya-tanya apakah mereka akan pernah menyaksikan realisasi penuh dari visi yang pernah dijanjikan kepada mereka.