Antusiasme Pencari Kerja Membludak, Job Fair Bekasi Berujung Ricuh: Disnaker Ungkap Perubahan Format Atas Permintaan Bupati

Job Fair Bekasi Diwarnai Kericuhan Akibat Membludaknya Pencari Kerja

Bursa kerja atau job fair yang diselenggarakan di Gedung Convention Center Presiden University, Jababeka, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, pada Selasa (27/5/2025), diwarnai kericuhan. Membludaknya jumlah pencari kerja yang hadir menjadi penyebab utama kekacauan tersebut. Pemerintah Kabupaten Bekasi melalui Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) setempat memberikan penjelasan terkait kejadian ini.

Plt Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Bekasi, Nur Hidayah Setyowati, mengungkapkan bahwa rencana awal pelaksanaan job fair adalah secara daring melalui platform resmi Disnaker Kabupaten Bekasi. Pemanfaatan platform digital tersebut diharapkan dapat mempermudah akses bagi para pencari kerja dan mengurangi potensi kerumunan. Disnaker Kabupaten Bekasi menyadari betul potensi job fair online sebagai solusi modern yang efisien.

"Job fair sebetulnya tidak harus offline, kita juga bisa memakai platform Siap untuk job fair online," ujar Nur Hidayah, menekankan fleksibilitas yang ditawarkan oleh platform digital.

Namun, rencana tersebut mengalami perubahan atas permintaan Bupati Bekasi, Ade Kuswara Kunang. Bupati berkeinginan agar job fair tetap dilaksanakan secara tatap muka (offline). Pertimbangan Bupati adalah memberikan kesempatan bagi pencari kerja untuk berinteraksi langsung dengan perusahaan dan mendapatkan pengalaman yang lebih personal dalam mencari pekerjaan.

"Cuma memang Pak Bupati menginginkan job fair kali ini offline, pencaker (pencari kerja) datang langsung ke sebuah tempat," jelas Nur Hidayah. Keputusan ini kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi Disnaker Kabupaten Bekasi dalam mengelola jumlah peserta yang hadir.

Disnaker Kabupaten Bekasi sebenarnya telah mengantisipasi tingginya animo masyarakat terhadap job fair ini. Estimasi awal memperkirakan jumlah peserta yang hadir berkisar antara 10.000 hingga 15.000 orang. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan angka yang jauh lebih besar. Jumlah pencari kerja yang datang membludak hingga mencapai sekitar 25.000 orang.

"Memang sebenarnya kita sudah memprediksi antusiasmenya. Kita kemarin berasumsi 10.000 sampai 15.000. Tapi yang hadir sekitar 25.000," kata Nur Hidayah.

Kepadatan massa yang luar biasa ini menyebabkan suasana menjadi tidak terkendali. Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @jabodetabek24info.id memperlihatkan kerumunan pencari kerja yang memadati halaman lokasi job fair. Situasi semakin memanas ketika seorang pria menunjukkan selembar foto scan quick response (QR) untuk pendaftaran. Massa kemudian berdesakan dan saling dorong untuk mendekati lokasi foto scan QR tersebut, sehingga memicu kericuhan.

Dalam video tersebut, terlihat beberapa orang terlibat perkelahian di tengah kerumunan massa. Kejadian ini menunjukkan betapa tingginya tekanan dan frustrasi yang dialami oleh para pencari kerja dalam situasi yang tidak terorganisir dengan baik.

Job fair tersebut menawarkan 2.517 lowongan pekerjaan dari 64 perusahaan. Namun, dengan jumlah peserta yang mencapai 25.000 orang, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan menjadi sangat ketat. Kericuhan yang terjadi menjadi gambaran nyata dari permasalahan ketenagakerjaan yang kompleks dan perlunya solusi yang lebih efektif dalam mempertemukan pencari kerja dengan perusahaan.

Berikut adalah rangkuman poin-poin penting dari kejadian ini:

  • Perubahan Format: Job fair awalnya direncanakan online atas permintaan Bupati Bekasi menjadi offline.
  • Membludaknya Peserta: Jumlah peserta yang hadir melebihi ekspektasi, mencapai 25.000 orang.
  • Kericuhan: Kepadatan massa memicu kericuhan di lokasi job fair.
  • Lowongan Terbatas: Jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja yang hadir.

Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi Pemerintah Kabupaten Bekasi dan pihak-pihak terkait untuk lebih mempersiapkan dan mengelola acara job fair di masa mendatang. Perencanaan yang matang, koordinasi yang baik, dan penggunaan teknologi yang tepat dapat membantu mencegah terulangnya kejadian serupa dan memberikan pelayanan yang lebih baik bagi para pencari kerja.