Sanca Bulan: Si Cantik Endemik Papua yang Misterius

Papua menyimpan kekayaan fauna yang luar biasa, salah satunya adalah sanca bulan (Simalia boeleni). Ular yang termasuk dalam genus Morelia ini merupakan satwa endemik Pulau Papua, keberadaannya menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti dan pecinta reptil.

Sanca bulan dikenal karena keindahan dan keunikan warnanya. Namun, di balik penampilannya yang memukau, ular ini menyimpan sejumlah fakta menarik yang jarang diketahui. Salah satunya adalah karakternya yang pemalu dan cenderung menghindar dari manusia. Meskipun demikian, sanca bulan dapat menjadi agresif jika merasa terancam atau diprovokasi.

Ciri Fisik yang Khas

Sanca bulan memiliki ciri fisik yang mudah dikenali. Kepala ular ini berukuran relatif besar dan dapat dibedakan dengan jelas dari bagian lehernya. Iris matanya berwarna gelap, menambah kesan misterius pada penampilannya. Warna tubuhnya didominasi hitam mengkilap dengan kilauan seperti pelangi, menciptakan gradasi warna yang memukau.

Bagian ventral atau bawah tubuhnya memiliki warna yang kontras dengan bagian dorsal. Mulai dari tenggorokan hingga bagian depan ventral, warnanya bervariasi antara putih hingga krem. Pola warna ini membentuk garis tipis di sepanjang sisi tubuh, menambah daya tarik visual ular ini.

Perubahan Warna Seiring Usia

Salah satu hal menarik dari sanca bulan adalah perubahan warna tubuhnya seiring bertambahnya usia.

  • Saat masih berusia 1-10 bulan, tubuhnya berwarna hijau.
  • Memasuki usia lebih dari 10 bulan, warna kulitnya perlahan berubah menjadi coklat keabu-abuan, kuning, dan akhirnya hitam.

Perubahan warna ini merupakan proses alami yang dipengaruhi oleh faktor usia dan lingkungan.

Kemampuan Mendeteksi Panas

Sanca bulan memiliki kemampuan unik untuk mendeteksi panas melalui lubang-lubang sensor yang terletak di sisik biru atas pertama hingga ketiga. Sisik rostral (moncong) juga dilengkapi dengan sepasang lubang pendeteksi panas. Selain itu, sisik bibir bawahnya juga memiliki lubang pendeteksi panas yang membantu ular ini dalam berburu mangsa.

Status Konservasi

Berdasarkan data CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), sanca bulan masuk dalam kategori appendix II. Artinya, satwa ini dapat terancam punah jika perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan yang ketat.

Di Indonesia, sanca bulan merupakan satwa endemik Papua yang dilindungi oleh undang-undang. Upaya konservasi terus dilakukan untuk menjaga populasi ular ini di habitat aslinya.

Habitat dan Distribusi

Sanca bulan mendiami wilayah Pulau Papua dan Papua Nugini, serta sebagian wilayah Australia. Ular ini biasa ditemukan di daerah dataran tinggi dengan ketinggian antara 1750-2000 meter di atas permukaan laut.

Habitatnya meliputi hutan-hutan di Lembah Baliem, Jayawijaya, Pegunungan Bintang, Yahukimo, Tolikara, Mamberamo Tengah, Yalimo, Lanny Jaya, Nduga, sekitar Danau Wissel, hingga Pegunungan Arfak, Papua Barat. Keberadaan sanca bulan menjadi indikator penting bagi kesehatan ekosistem di wilayah tersebut.