Iran Optimistis Hadapi Kemungkinan Gagalnya Perundingan Nuklir dengan Amerika Serikat

Iran: Ketahanan Ekonomi di Tengah Ketidakpastian Perundingan Nuklir

Di tengah ketidakpastian yang menyelimuti perundingan nuklir dengan Amerika Serikat, Iran menyatakan keyakinannya untuk mampu bertahan, bahkan jika perundingan tersebut menemui jalan buntu dan sanksi dari negara-negara Barat semakin diperketat. Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menegaskan bahwa negaranya akan mencari cara untuk mengatasi tantangan ekonomi yang mungkin timbul.

Pernyataan ini muncul setelah putaran kelima perundingan antara Teheran dan Washington di Roma. Meskipun Presiden AS, Donald Trump, menggambarkan perundingan tersebut berjalan "sangat baik," pihak Iran justru menilainya sebagai proses yang "rumit". Perbedaan pandangan ini mencerminkan kompleksitas isu yang tengah dinegosiasikan.

Strategi Bertahan Iran

Pezeshkian menekankan bahwa Iran tidak akan menyerah pada tekanan eksternal. "Kita akan menemukan cara untuk bertahan hidup," ujarnya, merujuk pada potensi gagalnya perundingan dan penerapan sanksi lebih lanjut. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Iran telah menyiapkan strategi untuk menghadapi kemungkinan terburuk, termasuk diversifikasi ekonomi dan kemitraan dengan negara-negara lain.

Perundingan nuklir ini, yang dimulai sejak April, menjadi forum komunikasi tingkat tinggi antara Iran dan AS setelah penarikan diri Washington dari kesepakatan nuklir 2015 di bawah pemerintahan Trump. Tujuan utama perundingan adalah untuk menyelesaikan perselisihan panjang mengenai program nuklir Iran.

Posisi Tegas Iran dalam Perundingan

Iran menginginkan kesepakatan yang akan meringankan sanksi ekonomi yang telah melumpuhkan perekonomiannya, sambil tetap mempertahankan program nuklirnya untuk tujuan sipil. Di sisi lain, AS bertekad untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, yang dikhawatirkan dapat memicu perlombaan senjata di kawasan dan mengancam keamanan Israel, sekutu dekatnya.

Penolakan Pembekuan Pengayaan Uranium

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, menolak laporan yang menyebutkan bahwa Iran akan membekukan pengayaan uraniumnya selama tiga tahun sebagai bagian dari kesepakatan dengan AS. "Iran tidak akan pernah menerima hal itu," tegasnya. Baqaei juga menepis kemungkinan kesepakatan nuklir sementara dengan Washington, dengan menyebut laporan media mengenai kesepakatan interim sebagai langkah sementara menuju kesepakatan akhir.

Optimisme Bersyarat Iran

Baqaei menyatakan bahwa Iran sedang menunggu informasi lebih lanjut dari mediator Oman mengenai waktu untuk putaran perundingan berikutnya. Dia menekankan bahwa jika pihak Amerika menunjukkan niat baik, Iran optimis akan tercapainya kesepakatan. Namun, dia juga memperingatkan bahwa perundingan tidak akan membuahkan hasil jika tujuannya adalah untuk mengekang hak-hak Iran.

Tantangan dan Harapan di Tengah Perundingan Nuklir

Perundingan nuklir Iran dan AS menghadapi tantangan yang signifikan. Perbedaan pandangan mengenai isu-isu kunci, seperti pengayaan uranium dan sanksi ekonomi, menjadi penghalang utama. Namun, kedua belah pihak tampaknya menyadari pentingnya mencapai kesepakatan untuk menjaga stabilitas regional dan mencegah proliferasi senjata nuklir.

Masa depan perundingan ini masih belum pasti. Akan tetapi, pernyataan-pernyataan dari para pejabat Iran menunjukkan bahwa negara tersebut siap menghadapi berbagai kemungkinan, termasuk jika perundingan menemui jalan buntu. Dengan strategi ekonomi yang kuat dan komitmen untuk mempertahankan hak-haknya, Iran yakin dapat mengatasi tantangan yang ada dan terus maju.