Dampak Cuti Bersama Berlebihan: Ancaman 'Post-Holiday Blues' dan Penurunan Produktivitas Kerja

Fenomena cuti bersama yang semakin sering terjadi di Indonesia, meski disambut gembira oleh sebagian masyarakat, ternyata menyimpan potensi dampak negatif terhadap kinerja dan fokus kerja.

Psikolog klinis, Anastasia Sari Dewi, menjelaskan bahwa periode libur panjang yang diikuti dengan kembalinya rutinitas kerja dapat memicu kondisi yang dikenal sebagai post-holiday blues. Kondisi ini ditandai dengan:

  • Stres
  • Kesulitan fokus
  • Penurunan perhatian

Hal ini terjadi karena otak, yang terbiasa dengan suasana santai, relaksasi, dan distraksi menyenangkan selama liburan, harus beradaptasi kembali dengan tuntutan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi dan fokus tinggi.

"Setelah menjalani liburan, otak terbiasa berada dalam kondisi yang santai, relax, happy, banyak distraksi atau kegiatan baru yang menyenangkan," jelas Sari. "Kemudian kembali ke rutinitas dengan badan yang dijadwalkan kembali dari pagi sampai sore, atau bahkan mungkin sampai malam untuk bekerja, untuk fokus, konsentrasi, itu bisa mengalami stres tertentu karena perlu untuk beradaptasi lagi, menjaga fokus dan perhatiannya."

Namun, dampak ini tidak bersifat universal. Kemampuan adaptasi individu sangat berperan dalam menentukan seberapa besar post-holiday blues memengaruhi kinerja mereka. Beberapa orang mungkin mengalami kesulitan yang signifikan, sementara yang lain dapat menyesuaikan diri dengan lebih mudah.

Lebih lanjut, kualitas liburan itu sendiri menjadi faktor penting. Liburan yang kurang terencana, tidak menyenangkan, atau diwarnai konflik justru dapat memperburuk kondisi. Alih-alih memulihkan energi dan semangat, liburan semacam ini justru dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental, sehingga memperparah post-holiday blues saat kembali bekerja.

Oleh karena itu, penting untuk merencanakan dan menjalani liburan dengan bijak, memastikan bahwa liburan tersebut benar-benar memberikan manfaat positif bagi kondisi psikologis dan fisik. Liburan yang ideal seharusnya memberikan kesempatan untuk relaksasi, rekreasi, dan interaksi positif, sehingga dapat memulihkan energi dan semangat untuk kembali bekerja dengan produktif.