Ayam Goreng Widuran di Bali Beroperasi Normal dengan Label 'Non-Halal'
Rumah makan Ayam Goreng dan Ayam Bakar Widuran di Denpasar, Bali, tetap melayani pelanggan seperti biasa di tengah polemik penutupan sementara cabang di Solo terkait status non-halal. Pada hari Selasa, 27 Mei 2025, aktivitas di rumah makan yang terletak di Jalan Imam Bonjol Nomor 371, Pemecutan Klod, ini tampak normal, dengan pengunjung datang dan menikmati hidangan.
Berbeda dengan situasi di Solo, dimana cabang Ayam Goreng Widuran ditutup sementara waktu, di Bali, bisnis kuliner ini tetap berjalan tanpa hambatan. Warung ayam ini buka setiap hari mulai pukul 09.00 Wita hingga 21.00 Wita, dan juga menerima pesanan secara daring. Menu andalan mereka adalah ayam kampung Widuran, tersedia dalam pilihan digoreng kremes atau dibakar, dengan harga Rp 140.000 untuk satu ekor utuh dan Rp 70.000 untuk setengah ekor.
Pihak Ayam Goreng Widuran Bali menolak berkomentar terkait penutupan cabang di Solo, namun menegaskan bahwa operasional di Bali tetap berjalan normal. Mereka secara terbuka mencantumkan label "NON HALAL" dengan huruf kapital yang besar, sebagai penanda produk mereka. Di media sosial resmi mereka, Ayam Goreng Widuran Bali menekankan bahwa mereka menggunakan 100 persen ayam kampung asli sejak tahun 1973.
Keberadaan Ayam Goreng Widuran di Bali sebenarnya tidak terlalu dikenal luas oleh masyarakat lokal. Bali, dengan mayoritas penduduk beragama Hindu, memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap isu halal dan non-halal dibandingkan daerah lain. Rumah makan ayam yang lebih populer di Bali cenderung menyajikan hidangan khas seperti ayam betutu atau ayam kalasan.
Gusti Ayu, seorang warga Denpasar, mengaku baru mengetahui tentang Ayam Goreng Widuran setelah munculnya berita mengenai penutupan cabang di Solo. Putri, warga lainnya yang gemar mencoba berbagai kuliner, juga menyatakan belum pernah mendengar tentang keberadaan rumah makan ini di Bali. Hal ini menunjukkan bahwa Ayam Goreng Widuran belum menjadi bagian dari lanskap kuliner yang familiar bagi sebagian besar warga lokal Bali.