Kemenag Aceh Pantau Hilal Zulhijjah di Enam Titik, Berpotensi Terlihat?
Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Aceh secara serentak menggelar pengamatan hilal untuk menentukan awal Zulhijjah 1446 Hijriah, bertepatan dengan tahun 2025 Masehi. Kegiatan ini dilaksanakan di enam lokasi strategis yang tersebar di seluruh Aceh pada hari Selasa, 27 Mei 2025.
Adapun keenam lokasi yang menjadi pusat pengamatan hilal tersebut adalah:
- Observatorium Tgk Chiek Kuta Karang, Lhoknga, Aceh Besar
- Tugu 0 Km, Kota Sabang
- Bukit Blang Tiron Perta Arun Gas, Lhokseumawe
- Pantai Lhokgeulumpang, Kecamatan Setia Bakti, Aceh Jaya
- POB Suak Geudubang, Aceh Barat
- Pantai Nancala Teupah Barat, Simeulue
Kepala Kanwil Kemenag Aceh, Azhari, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mempersiapkan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung kelancaran proses pengamatan hilal. Di Observatorium Tgk Chiek Kuta Karang-Lhoknga, tiga teleskop astronomi canggih telah disiagakan. Sementara itu, di lokasi rukyat lainnya, lima teleskop tambahan juga turut digunakan.
"Pengamatan hilal ini menggunakan teleskop astronomi dan berbagai instrumen pendukung lainnya. Prosesnya dimulai menjelang waktu magrib," jelas Azhari. Ia menambahkan bahwa setelah pengamatan, akan dilaksanakan sidang isbat kesaksian hilal yang bekerja sama dengan Mahkamah Syar'iyah setempat, dengan syarat hilal berhasil terlihat.
Pengamatan hilal yang dilakukan di Aceh ini beriringan dengan pelaksanaan sidang isbat tingkat nasional yang dipimpin oleh Menteri Agama Republik Indonesia di Jakarta. Sidang isbat ini bertujuan untuk menetapkan secara resmi awal bulan Zulhijjah dan Hari Raya Idul Adha 1446 H.
Azhari menjelaskan bahwa seluruh hasil pemantauan hilal dari berbagai daerah di Indonesia akan dihimpun dan diumumkan secara resmi oleh Menteri Agama dalam sidang isbat yang akan dilaksanakan pada malam hari. Ia mengimbau masyarakat untuk menunggu pengumuman resmi mengenai penetapan awal bulan Zulhijjah 1446 H yang diperkirakan akan disampaikan sekitar pukul 19.30 WIB.
Sementara itu, Ketua Tim Falakiyah Kanwil Kemenag Aceh, Alfirdaus Putra, menambahkan bahwa proses rukyat hilal melibatkan tim dari Kemenag, perwakilan dari berbagai organisasi masyarakat Islam, serta perwakilan dari dayah atau pesantren.
Alfirdaus menjelaskan bahwa secara umum, ketinggian hilal di Indonesia masih berada di antara 0,1 derajat hingga 3,2 derajat. Angka ini masih berada di bawah kriteria Imkanurukyat MABIMS, yang menetapkan standar minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Namun, ia mengungkapkan bahwa sebagian wilayah Aceh telah melampaui batas tersebut. "Ketinggian hilal di Aceh sudah mencapai 3,2 derajat di atas ufuk dan 7,1 derajat elongasi geosentris," terangnya.
Ia menambahkan bahwa posisi hilal yang berpotensi untuk dirukyat membentang dari Aceh Timur hingga Banda Aceh dan Sabang di pantai utara, serta dari Aceh Barat hingga Aceh Jaya di wilayah barat. Masyarakat yang ingin melakukan rukyat mandiri disarankan untuk melihat ke arah barat dengan arah 296,8 derajat atau sekitar 5 derajat ke arah utara matahari dengan ketinggian hilal 3,2 derajat ketika matahari terbenam, hingga 18 menit setelahnya. Alfirdaus menekankan bahwa hilal berpotensi untuk dirukyat dan terlihat, kecuali jika kondisi cuaca tidak mendukung, seperti mendung, berawan, atau hujan.