Eksplorasi Matcha: Dari Ritual Samurai Hingga Tren Kuliner Masa Kini
markdown Popularitas matcha, teh hijau bubuk asal Jepang, kini tengah melambung tinggi. Bukan hanya digemari oleh para pecinta kuliner, kehadiran kafe-kafe yang khusus menyajikan menu matcha pun semakin menjamur. Namun, tahukah Anda bahwa sejarah matcha ternyata sudah berlangsung selama berabad-abad, bahkan menjadi bagian dari ritual para samurai?
Setelah kopi dengan berbagai inovasinya, matcha kini menjelma menjadi primadona di kalangan foodies. Bubuk teh hijau ini tak hanya diolah menjadi minuman yang menyegarkan, tetapi juga menjadi bahan campuran dalam pembuatan kue dan pastry. Para penikmat kuliner pun mulai mengapresiasi matcha lebih dari sekadar minuman biasa. Mereka mempelajari asal-usulnya, jenis-jenisnya, karakteristik rasanya, hingga berbagai kreasi inovatif yang bisa dihasilkan dari teh hijau khas Jepang ini.
Inspirasi pembuatan matcha konon berasal dari Tiongkok. Catatan sejarah menunjukkan bahwa teh yang digiling sudah ada di Negeri Tirai Bambu sejak tahun 1100-an. Proses penggilingan teh inilah yang kemudian menginspirasi pembuatan matcha di Jepang. Penyebaran matcha di Jepang erat kaitannya dengan penyebaran agama Buddha. Pada abad ke-12, seorang tokoh Zen Buddhis mempopulerkan matcha sebagai minuman dalam ritual keagamaan.
Pada zaman peperangan, matcha menjadi minuman wajib bagi para samurai. Kandungan dalam matcha dipercaya dapat meningkatkan energi dan fokus, dua hal penting yang dibutuhkan dalam pertempuran. Sekitar abad ke-16, petani Jepang mulai mengembangkan teknik khusus untuk menanam teh di tempat teduh. Teknik ini bertujuan untuk meningkatkan kandungan klorofil pada daun teh, sehingga menghasilkan rasa yang lebih kaya dan kompleks.
Matcha bukan hanya sekadar minuman sehari-hari, tetapi juga menjadi bagian integral dari upacara minum teh khas Jepang yang disebut chanoyu. Dalam upacara ini, matcha memegang peranan yang sangat penting.
Secara definisi, matcha adalah teh hijau yang ditanam melalui proses "shading", di mana tanaman teh dinaungi selama minimal 20 hari. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan kandungan klorofil dan L-theanine dalam daun teh. Setelah dipanen, daun teh akan dipisahkan dari tulang daunnya dan hanya diambil daging daunnya saja. Daging daun teh ini kemudian digiling dengan batu hingga menjadi bubuk yang sangat halus.
Proses produksi yang memakan waktu dan tenaga inilah yang membuat matcha menjadi teh yang berharga mahal. Terutama jika matcha tersebut memiliki kualitas ceremonial grade, yang khusus digunakan untuk upacara minum teh. Kualitas ini tentu berbeda dengan culinary grade, yang lebih umum digunakan untuk keperluan kuliner.
Berikut beberapa poin penting mengenai matcha yang perlu Anda ketahui:
- Perbedaan Matcha dengan Teh Hijau Lain: Matcha memiliki perbedaan signifikan dengan jenis teh hijau lainnya, seperti sencha dan hojicha. Perbedaan ini terletak pada proses penanaman, pengolahan, dan kandungan nutrisinya.
- Peralatan Pembuatan Matcha: Untuk membuat matcha berkualitas, Anda memerlukan beberapa peralatan khusus, seperti chawan (mangkuk teh), chashaku (sendok bambu), dan chasen (pengaduk bambu).
- Tips Membuat Matcha Latte di Rumah: Anda dapat dengan mudah membuat matcha latte ala kafe di rumah dengan beberapa bahan sederhana dan teknik yang tepat.
- Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mengonsumsi Matcha: Konsumsi matcha perlu diperhatikan dengan seksama. Beberapa waktu lalu sempat terjadi kasus overdosis matcha akibat konsumsi yang berlebihan.
- Kreasi Minuman Matcha Modern: Saat ini, banyak kafe yang menawarkan kreasi minuman matcha modern, seperti matcha mocktail dan dirty matcha.
- Pengalaman Omakase Matcha: Beberapa tempat menawarkan pengalaman menikmati matcha secara omakase, di mana Anda akan dipandu oleh seorang ahli teh untuk menikmati berbagai jenis matcha dengan cara yang unik dan personal.
Jadi, mari terus eksplorasi dunia matcha dan temukan berbagai keunikan dan manfaatnya!