Cahaya Biru di Appalachian: Kunang-Kunang Langka Diharapkan Tarik Wisatawan ke Carolina Utara Pasca-Bencana

Di tengah upaya pemulihan pariwisata Carolina Utara pasca-badai dahsyat, secercah harapan muncul dalam wujud makhluk kecil bercahaya. Kunang-kunang hantu biru (Phausis reticulata), dengan keindahan uniknya, diharapkan dapat menarik kembali wisatawan ke wilayah yang terdampak banjir. Spesies langka ini memancarkan cahaya biru lembut yang berbeda dari kilatan kuning pada umumnya, sebuah fenomena alam yang memukau dan sulit ditemukan.

Kunang-kunang hantu biru bukan sekadar serangga biasa. Mereka adalah spesies endemik yang hanya dapat ditemukan di Pegunungan Appalachian Selatan, dan kemunculannya pun terbatas pada akhir musim semi. Kelangkaan dan keindahan inilah yang menjadikan mereka daya tarik utama bagi wisatawan yang berkunjung ke Asheville, Carolina Utara. Kota ini dikenal sebagai pusat seni dan pintu gerbang menuju kawasan hutan yang menakjubkan, seperti Taman Nasional Great Smoky Mountains dan Hutan Nasional Pisgah.

Namun, tahun lalu, banjir besar melanda Asheville, merusak infrastruktur dan menghambat pariwisata. Meskipun kota ini telah dibuka kembali sejak akhir 2024, jumlah wisatawan belum sepenuhnya pulih. Nicolle Will dari Asheville Wellness Tours mengungkapkan bahwa pemesanan tur biasanya sudah penuh berbulan-bulan sebelumnya, tetapi tahun ini permintaan baru meningkat menjelang musim kunang-kunang.

Warga setempat berharap bahwa kehadiran kunang-kunang hantu biru tahun ini dapat menghidupkan kembali ekonomi lokal dan menarik kembali pengunjung. Kabar baiknya, habitat kunang-kunang relatif aman meskipun banyak pohon tumbang akibat badai. Jennifer Frick-Ruppert, seorang ahli biologi dari Brevard College, menjelaskan bahwa meskipun banjir merusak banyak hal bagi manusia, hutan masih bertahan, dan selama hutan tetap ada, kunang-kunang akan terus hidup.

Terlepas dari penampilannya yang lembut, kunang-kunang hantu biru adalah predator aktif di serasah hutan. Mereka memainkan peran penting dalam ekosistem. Namun, populasi mereka kini terancam oleh berbagai faktor, termasuk hilangnya habitat, penggunaan pestisida, perubahan iklim, dan polusi cahaya. Spesies hantu biru sangat sensitif terhadap cahaya buatan, sehingga polusi cahaya menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup mereka.

Oleh karena itu, pengunjung yang ingin menyaksikan pertunjukan cahaya yang menakjubkan ini diimbau untuk menjaga etika. Beberapa langkah penting yang perlu diperhatikan adalah meminimalkan penggunaan cahaya, tidak menginjak serasah daun, dan tidak menangkap kunang-kunang. Penggunaan ponsel yang menyala dapat membuat kunang-kunang langsung kabur. Untuk pengalaman yang lebih baik dan bertanggung jawab, wisatawan disarankan untuk mengikuti tur lokal. Selain memberikan pengalaman yang lebih seru, tur lokal juga membantu mendukung bisnis kecil yang sedang berjuang untuk bangkit kembali.