IPB University Ungkap Spesies Parasitoid Baru: Harapan Baru Pengendalian Hama Padi dan Potensi Alang-Alang

Penemuan Parasitoid Baru: Platygaster orseoliae

IPB University kembali mencatatkan prestasi gemilang di bidang pertanian dengan penemuan spesies parasitoid baru, Platygaster orseoliae, oleh Guru Besar Fakultas Pertanian, Purnama Hidayat. Temuan ini membuka harapan baru dalam pengendalian hama padi yang selama ini menjadi momok bagi petani, sekaligus mengubah cara pandang terhadap alang-alang yang sering dianggap sebagai gulma pengganggu.

Platygaster orseoliae merupakan serangga parasitoid yang memiliki kemampuan unik untuk menginfeksi lalat ganjur padi (Orseolia oryzae), hama utama yang menyebabkan kerugian ekonomi signifikan pada tanaman padi. Lalat ganjur padi merusak daun tanaman, menghambat pertumbuhan, dan menyebabkan penurunan hasil panen. Dengan kemampuannya mengendalikan populasi lalat ganjur padi, Platygaster orseoliae berpotensi mengurangi ketergantungan petani pada pestisida kimia yang berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan.

Alang-Alang: Bukan Sekadar Gulma

Selain menginfeksi lalat ganjur padi, Platygaster orseoliae juga menyerang lalat ganjur yang hidup di alang-alang (Orseolia javanica). Hal ini memberikan perspektif baru tentang peran alang-alang dalam ekosistem pertanian. Alih-alih hanya dianggap sebagai gulma, alang-alang ternyata dapat berfungsi sebagai refugia alami bagi musuh alami hama padi, yaitu Platygaster orseoliae. Dengan membiarkan alang-alang tumbuh di sekitar lahan pertanian, petani dapat menyediakan habitat bagi parasitoid ini dan membantu mengendalikan populasi lalat ganjur padi secara alami.

Peran Vital Serangga dalam Ekosistem

Purnama Hidayat menekankan pentingnya peran serangga dalam kehidupan manusia dan keseimbangan ekosistem. Meskipun seringkali diabaikan, serangga merupakan kelompok hewan yang paling dominan di bumi, mencakup sebagian besar spesies hewan. Secara biomassa, berat total serangga bahkan melebihi berat total manusia.

Kontribusi serangga terhadap ekosistem dan ekonomi global sangat besar. Mereka berperan penting dalam penyerbukan tanaman, dekomposisi bahan organik, pengendalian hama, dan berbagai proses ekologis lainnya. Nilai ekonomi dari jasa ekologi yang diberikan serangga diperkirakan mencapai triliunan rupiah setiap tahunnya.

Namun, serangga juga dapat menyebabkan kerugian, terutama sebagai hama tanaman. Serangan hama serangga dapat merusak hasil pertanian dan menyebabkan kerugian ekonomi bagi petani. Penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama serangga seringkali memperparah kerusakan lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Pemanfaatan Serangga untuk Keberlanjutan

Di tengah tantangan tersebut, serangga juga menawarkan potensi besar untuk keberlanjutan ekosistem dan pertanian. Beberapa jenis serangga, seperti lalat tentara hitam (black soldier fly), dapat dimanfaatkan untuk mengolah sampah organik menjadi maggot yang bernilai ekonomi tinggi. Ulat sagu juga mulai dikembangkan sebagai sumber protein alternatif.

Selain itu, struktur tubuh serangga menginspirasi teknologi modern. Mata capung menjadi acuan pengembangan kamera 3D untuk mobil otonom, sementara manuver terbang serangga menginspirasi desain drone dan helikopter.

Pemanfaatan dan pengelolaan serangga secara bijak dapat menjadi kunci keberlanjutan ekosistem dan pertanian. Identifikasi dan pemahaman peran berbagai jenis serangga sangat penting untuk mengembangkan strategi pengendalian hama yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

LUCID: Teknologi Identifikasi Serangga

Purnama Hidayat menjelaskan bahwa identifikasi serangga kini lebih mudah dengan adanya teknologi digital bernama LUCID. Ukuran serangga yang kecil dan jumlah spesiesnya yang sangat banyak membuat proses identifikasi menjadi tantangan tersendiri. Dengan LUCID, proses identifikasi dapat dilakukan lebih cepat dan efisien dibandingkan metode konvensional. Teknologi ini juga memungkinkan siapa pun untuk belajar mengenali serangga tanpa harus menjadi ahli taksonomi.

Inovasi ini diharapkan dapat memperkuat upaya identifikasi dan pemanfaatan musuh alami secara lebih luas dalam pengendalian hama berbasis keberlanjutan.