Menjelajahi Keunikan Teh Kejek Garut: Warisan Proses Pembuatan Tradisional yang Terancam Punah
Di jantung Garut, tepatnya di Desa Cigedug, tersembunyi sebuah warisan teh yang unik dan hampir terlupakan: Teh Kejek. Pabrik teh rumahan ini, yang berdiri sejak tahun 1919, masih setia mempertahankan proses pembuatan tradisional yang menjadi ciri khasnya.
Keunikan Teh Kejek terletak pada proses 'kejek', sebuah istilah dalam bahasa Sunda yang berarti 'diinjak'. Proses ini melibatkan penginjakan daun teh yang telah disangrai di atas tungku. Penginjakan dilakukan di atas sebuah slot khusus menggunakan kaki yang beralas sepatu plastik bersih. Menurut Reza Tjahjono dan Raihan Tjahjono dari Teanology, proses ini bertujuan untuk mengekstrak minyak esensial dari daun teh, menghasilkan cita rasa yang khas dan gurih.
Raihan dan Reza berkesempatan mengunjungi langsung produsen Teh Kejek terakhir di Desa Cigedug, Pak Oos, pada Desember 2024. Pak Oos merupakan generasi ketiga yang meneruskan usaha keluarga ini. Meskipun disebut pabrik, skala produksinya sangat kecil dan berbasis rumahan. Bahkan, banyak warga sekitar yang tidak menyadari keberadaan pabrik teh ini.
Sejarah mencatat bahwa keberadaan pabrik Teh Kejek sempat terancam pada masa pendudukan Jepang. Kala itu, banyak pabrik teh yang menghentikan operasinya, menyisakan pabrik Pak Oos sebagai satu-satunya yang bertahan dari sekitar 250 pabrik dengan proses pembuatan serupa.
Kondisi perkebunan teh yang semakin menyempit menjadi tantangan tersendiri bagi Pak Oos. Ia kini menggunakan batang teh sebagai campuran, mengingat alih fungsi lahan menjadi perkebunan sayur yang dianggap lebih menguntungkan oleh warga sekitar.
Teh Kejek seringkali dikategorikan sebagai teh hijau, namun Reza dan Raihan berpendapat bahwa proses pembuatannya lebih mirip dengan teh oolong. Proses 'kejek' memiliki kemiripan dengan proses pengayakan dan pembenturan daun teh pada pembuatan teh oolong, yang bertujuan untuk mengeluarkan enzim.
Hasilnya, Teh Kejek menawarkan cita rasa yang unik, perpaduan antara gurih dan umami, dengan aroma smoky yang khas. Kombinasi rasa dan aroma ini mengingatkan pada cita rasa sup miso.
Di balik keunikan proses pembuatan dan cita rasa Teh Kejek, terdapat fakta menarik tentang Pak Oos. Ia terkejut ketika mengetahui bahwa teh buatannya dapat dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi. Selama ini, ia hanya menjual Teh Kejek seharga Rp 60 ribu per kilogram, sementara teh artisan berkualitas tinggi dapat mencapai harga Rp 700 ribu per kilogram.
Keberadaan Teh Kejek sebagai warisan budaya dan kuliner Indonesia semakin terancam. Dukungan dan apresiasi terhadap produsen seperti Pak Oos menjadi kunci untuk menjaga keberlangsungan tradisi pembuatan teh yang unik ini.