Gelombang Tinggi Picu Banjir Rob di Muara Angke, Aktivitas Warga Terganggu

Banjir Rob Kembali Melanda Muara Angke, Warga Keluhkan Dampaknya

Muara Angke, Jakarta Utara kembali mengalami banjir rob yang signifikan pada Senin (26/5/2025) malam, menyebabkan gangguan aktivitas bagi warga setempat. Kenaikan air laut yang dipicu oleh gelombang tinggi, mulai merendam kawasan RW 22, Pluit, Penjaringan, dan sekitarnya sejak Minggu (25/5/2025).

Menurut penuturan warga, air mulai meluap dan memasuki rumah-rumah sekitar pukul 20.00 WIB. Ketinggian air bervariasi, mencapai sekitar 50 sentimeter di beberapa area pemukiman dan hingga 90 sentimeter di area yang lebih rendah seperti di depan Sekretariat RW 22. Kondisi ini memaksa warga untuk mengambil langkah-langkah pencegahan guna melindungi barang-barang berharga mereka dari kerusakan akibat air.

Ryan, seorang warga RT 2, RW 22, menyatakan bahwa meskipun rumahnya terendam, ia belum berencana untuk mengungsi. "Saya enggak mengungsi karena masih relatif aman, tapi kalau nanti tinggi sekali saya akan mengungsi," ujarnya. Prioritasnya saat ini adalah menyelamatkan barang-barang elektronik ke tempat yang lebih tinggi.

Warga lainnya, Andika, mengungkapkan bahwa banjir rob telah terjadi sejak hari Minggu, namun intensitasnya meningkat pada hari Senin. Ia mengeluhkan dampak banjir terhadap aktivitas sehari-harinya. "Menyulitkan untuk beraktivitas, karena banjir mau pergi jadi susah ke mana-mana, kostan saya tergenang," katanya. Banjir ini tidak hanya menghambat mobilitas warga, tetapi juga mengganggu kehidupan sehari-hari mereka secara keseluruhan.

Kondisi ini menyoroti kerentanan wilayah pesisir Jakarta terhadap perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut. Banjir rob menjadi ancaman rutin bagi warga Muara Angke dan sekitarnya, memerlukan solusi jangka panjang dan upaya mitigasi yang efektif dari pemerintah dan pihak terkait untuk mengurangi dampak buruknya terhadap kehidupan masyarakat.

Dampak Banjir Rob:

  • Gangguan aktivitas warga
  • Kerusakan barang-barang rumah tangga
  • Potensi masalah kesehatan
  • Hambatan mobilitas

Pemerintah daerah diharapkan dapat segera memberikan bantuan yang diperlukan kepada warga terdampak dan merumuskan langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi risiko banjir rob di masa depan. Koordinasi antar instansi terkait, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan dinas terkait lainnya, sangat penting untuk memastikan respons yang cepat dan efektif dalam menghadapi situasi darurat seperti ini.

Selain itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengurangi emisi gas rumah kaca juga perlu ditingkatkan. Upaya kolektif dari semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta, sangat diperlukan untuk mengatasi masalah perubahan iklim dan melindungi wilayah pesisir dari ancaman banjir rob dan dampak buruk lainnya.