Pasca-Insiden Ledakan di Garut, TNI AD Pertimbangkan Relokasi Lokasi Pemusnahan Amunisi

Pasca insiden ledakan amunisi yang terjadi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Jawa Barat, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Maruli Simanjuntak menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi menyeluruh terkait lokasi pemusnahan amunisi yang sudah tidak layak pakai atau afkir.

Keputusan ini diambil sebagai respons atas fakta bahwa lokasi pemusnahan saat ini semakin dekat dengan area pemukiman warga. Kedekatan ini, menurut Maruli, menimbulkan potensi risiko, terutama karena adanya kecenderungan masyarakat untuk terlibat dalam proses pemusnahan, yang awalnya hanya sebatas membantu logistik seperti memasak.

"Sekarang pemukiman dekat, dan masyarakat itu ikut-ikut bergabung, tadinya hanya membantu memasak. Akhirnya, mungkin itulah salah satu juga yang membuat kita harus evaluasi, mungkin masyarakat ikut-ikut bantu,” ujar Maruli usai rapat tertutup di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat.

Meski demikian, KSAD belum bisa memastikan apakah evaluasi ini akan berujung pada pemindahan lokasi pemusnahan. Ia menekankan bahwa prosedur pemusnahan amunisi sebenarnya telah berjalan sejak lama dan baru kali ini menimbulkan insiden.

"Bisa (tetap dibuka), enggak ada masalah sebenarnya, itu kan sudah dari sejak tahun 1985. Jadi, sebenernya ini baru sekali ini namanya peledakan yang mengakibatkan risiko setelah lebih dari berapa tahun berarti, 35 tahun. Jadi sebetulnya bisa kita evaluasi," jelasnya.

Senada dengan KSAD, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayor Jenderal Kristomei Sianturi, menjelaskan bahwa lokasi pemusnahan amunisi di Desa Sagara awalnya berada jauh dari pemukiman penduduk. Namun, seiring dengan pertumbuhan populasi, area pemukiman semakin mendekat ke lokasi tersebut. Bahkan, jarak rumah warga kini hanya sekitar tiga kilometer dari lokasi ledakan.

"Pada saat itu, itu in the middle of nowhere, jauh dari mana-mana. Tapi sekarang dengan perkembangan penduduk, makanya semakin dekat. Ketika ada satuan TNI di situ, yang dulu jauh dari mana-mana, lama-kelamaan masyarakat merapat," kata Kristomei.

Kapuspen juga menambahkan bahwa lokasi tersebut telah digunakan berdasarkan perjanjian sejak tahun 1985. Pihaknya menyadari bahwa semakin dekatnya pemukiman warga menjadi salah satu tantangan yang dihadapi TNI.

Oleh karena itu, Kapuspen menekankan perlunya sinkronisasi antara pemerintah daerah dan TNI dalam perencanaan tata ruang wilayah.

Kronologi Kejadian

Insiden ledakan di lokasi pemusnahan amunisi di Pantai Cibalong, Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, terjadi pada 12 Mei 2025. Menurut keterangan Kadispenad Brigjen TNI Wahyu Yudhayana, ledakan terjadi di salah satu lubang yang digunakan untuk memusnahkan amunisi afkir.

Sebelum kejadian, tim dari Gudang Pusat Amunisi dan Pusat Peralatan TNI AD telah melakukan pengecekan prosedur dan lokasi pada pukul 09.30 WIB. Semua aspek, termasuk personel dan lokasi, dinyatakan aman.

Proses pemusnahan kemudian dilakukan di dua lubang sumur yang telah disiapkan. Peledakan di kedua lubang tersebut berjalan lancar dan aman.

Namun, masalah muncul ketika tim memusnahkan detonator dan sisa-sisa detonator di lubang sumur ketiga. Saat proses penyusunan detonator berlangsung, tiba-tiba terjadi ledakan yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia, sembilan di antaranya adalah warga sipil.