Chairlift Dipasang di Borobudur: Solusi Aksesibilitas atau Kontroversi Baru?

Gelombang perbincangan melanda dunia maya terkait pemasangan chairlift di kompleks Candi Borobudur. Sebuah video yang beredar luas memicu spekulasi tentang pemasangan eskalator, yang kemudian diklarifikasi oleh Kementerian Kebudayaan. Alat bantu yang dipasang bukanlah eskalator, melainkan chairlift, sebuah solusi yang diklaim untuk meningkatkan aksesibilitas.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menegaskan bahwa pemasangan chairlift ini merupakan upaya untuk menyediakan akses yang lebih mudah bagi pengunjung dengan keterbatasan fisik, penyandang disabilitas, serta tokoh-tokoh penting yang kesulitan menaiki tangga candi yang curam. Fasilitas ini disiapkan khusus menyambut kunjungan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dan Presiden Perancis, Emmanuel Macron. Pertimbangan waktu yang terbatas menjadi alasan utama pemasangan chairlift ini.

Namun, apa sebenarnya perbedaan antara chairlift, eskalator, dan lift? Chairlift dapat dianalogikan sebagai kereta gantung mini yang dirancang untuk mengangkut individu atau pasangan di sepanjang jalur yang telah ditentukan. Berbeda dengan eskalator yang dapat menampung banyak orang sekaligus, chairlift memiliki kapasitas yang lebih terbatas. Penggunaannya lazim ditemui di area wisata dengan medan yang menantang, seperti lereng ski.

Kementerian Kebudayaan memastikan bahwa pemasangan chairlift ini dilakukan dengan mematuhi standar pelestarian yang ketat. Jalur yang digunakan bersifat portable dan terbuat dari kayu serta bantalan, sehingga tidak merusak struktur asli candi. Meskipun demikian, pro dan kontra mengenai pemasangan chairlift ini terus bergulir. Sebagian pihak menyambut baik inisiatif ini sebagai langkah positif dalam meningkatkan inklusivitas, sementara yang lain mengkhawatirkan dampaknya terhadap estetika dan keaslian situs warisan dunia tersebut.

Pemerintah berencana untuk memperluas penggunaan chairlift di situs-situs budaya lainnya, dengan tujuan memberikan kemudahan akses bagi semua kalangan. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, khususnya bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Namun, tantangan utama adalah bagaimana menyeimbangkan antara kebutuhan aksesibilitas dengan upaya pelestarian warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Berikut adalah perbandingan singkat antara Chairlift, Eskalator, dan Lift:

  • Chairlift:

    • Berupa kursi yang digerakkan.
    • Kapasitas terbatas (biasanya 1-2 orang).
    • Cocok untuk medan curam.
    • Terbuka, seperti kereta gantung.
  • Eskalator:

    • Tangga bergerak.
    • Kapasitas besar.
    • Cocok untuk memindahkan banyak orang antar lantai.
  • Lift:

    • Kotak tertutup.
    • Kapasitas bervariasi.
    • Cocok untuk memindahkan orang dan barang antar lantai.