Dari Kode ke Cabai: Kisah Insinyur yang Sukses Jadi Petani dengan Omzet Ratusan Juta
Kisah inspiratif datang dari Srinath, seorang pria asal Malaysia berusia 29 tahun, yang memilih jalan berbeda dari rekan-rekan seprofesinya. Meninggalkan kariernya sebagai seorang Software Engineer dengan gaji yang cukup menjanjikan, Srinath kini sukses menjadi seorang petani cabai dengan omzet mencapai ratusan juta setiap musim panen.
Keputusan ini tentu bukan tanpa pertimbangan. Srinath, yang merupakan lulusan Sarjana Teknologi Informasi dari Universiti Tenaga Nasional (UNITEN), merasakan adanya kekosongan dalam dirinya saat bekerja di dunia korporat. "Kegembiraan itu hilang ketika saya pergi ke kantor. Saya menyadari pola pikir saya tidak cocok dengan kehidupan korporat karena saya lebih suka mengelola bisnis," ungkapnya.
Momen karantina akibat pandemi Covid-19 menjadi titik balik bagi Srinath. Ia memulai proyek kecil-kecilan menanam cabai dengan sistem fertigasi di dekat rumah orang tuanya bersama sang kakak. Hasil yang menjanjikan dari 400 polybag cabai yang mereka tanam, ditambah dorongan dari ayahnya, semakin memantapkan tekad Srinath untuk terjun ke dunia pertanian.
Di usia 26 tahun, dengan berbekal semangat dan keinginan untuk belajar, Srinath meninggalkan pekerjaannya sebagai insinyur. Ia mempelajari seluk beluk pertanian secara otodidak, dibantu oleh saudaranya yang memberikan pengetahuan teoritis. Bahkan, Srinath tak ragu untuk mengikuti kursus gratis yang diselenggarakan oleh Departemen Pertanian Malaysia, serta mengunjungi Cameron Highland untuk belajar langsung dari para petani berpengalaman.
Kini, Srinath telah menjelma menjadi petani cabai yang sukses. Dengan hampir 40.000 polybag cabai, ia mampu menghasilkan sekitar RM50.000 atau setara dengan Rp 193 juta setiap musim tanam. Pendapatan ini meningkat drastis, mencapai 900% dibandingkan dengan gajinya saat masih bekerja di perusahaan.
Alasan Srinath memilih cabai sebagai komoditas utamanya adalah karena tingginya permintaan akan rasa pedas di kalangan masyarakat Malaysia, serta masa panen cabai yang relatif panjang. Meskipun sukses, perjalanan Srinath sebagai petani juga tidak lepas dari tantangan. Di awal usahanya, ia pernah mengalami kerugian akibat perubahan iklim dan gangguan produksi tanaman.
Hasil panen cabai Srinath dipasarkan ke pasar-pasar di kawasan Teluk Intan dan juga ke pedagang grosir di Selayang, Selangor. Selain menjadi petani, Srinath juga aktif sebagai mentor bagi para pemuda yang tertarik dengan dunia pertanian. Ia menyelenggarakan pelatihan dan kursus, serta memberikan bimbingan secara gratis kepada mereka yang ingin belajar.
"Saya memberi seorang pemuda lahan pertanian dan 1.000 polybag untuk dikelola dan saya mengajarinya secara langsung," jelasnya.
Dengan latar belakangnya di bidang teknologi, Srinath memiliki visi untuk menggabungkan Internet of Things (IoT) dalam pertanian, sehingga menciptakan sistem pertanian yang lebih cerdas dan efisien. Ia tidak menyesali keputusannya untuk beralih profesi, karena kesuksesannya saat ini adalah buah dari keberaniannya mengikuti kata hati dan kerja kerasnya.
Kisah Srinath ini menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaan mereka saat ini. Keberanian untuk mengambil risiko dan mengikuti passion dapat membawa seseorang menuju kesuksesan yang tak terduga.
Pencapaian Srinath:
- Meninggalkan karier sebagai Software Engineer.
- Menjadi petani cabai sukses dengan omzet Rp 193 juta per musim.
- Meningkatkan pendapatan hingga 900% dibandingkan gaji sebelumnya.
- Memiliki hampir 40.000 polybag cabai.
- Menjadi mentor bagi pemuda di bidang pertanian.
- Berencana mengintegrasikan IoT dalam pertanian.