Kampung Bahari Kembali Diterjang Operasi Narkoba: Akar Masalah Belum Tercabut?

Kampung Bahari: Pusaran Narkoba yang Tak Pernah Usai

Penggerebekan yang kembali dilakukan aparat kepolisian di Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara, seolah menjadi deja vu bagi masyarakat. Operasi yang digelar pada Minggu, 25 Mei 2025, tersebut, meskipun berhasil menjaring sejumlah pelaku dan barang bukti, justru memunculkan pertanyaan mendasar: kapan lingkaran setan narkoba di kawasan ini akan benar-benar terputus?

Penggerebekan bermula dari laporan adanya tindak penganiayaan. Namun, investigasi yang dilakukan justru mengungkap jaringan yang lebih besar dan kompleks. Sembilan orang berhasil diamankan, di mana delapan di antaranya terindikasi positif menggunakan narkoba. Selain itu, seorang pelaku terlibat kasus pencurian motor, dan dua orang lainnya diduga terlibat dalam tindak penganiayaan yang menjadi pemicu awal.

Dari lokasi penggerebekan, polisi menyita sejumlah barang bukti yang mengindikasikan aktivitas ilegal yang terstruktur. Barang bukti tersebut meliputi senjata tajam, timbangan yang diduga digunakan untuk menimbang sabu, narkotika jenis sabu, airsoft gun, dan uang tunai sebesar Rp 57 juta yang diduga kuat merupakan hasil dari penjualan narkoba.

AKBP Beny Cahyadi, Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara, menjelaskan bahwa operasi ini merupakan tindak lanjut dari laporan masyarakat dan upaya penegakan hukum yang berkelanjutan. Namun, ia juga mengakui bahwa tantangan dalam memberantas narkoba di Kampung Bahari sangatlah besar.

Akar Permasalahan dan Tantangan Pemberantasan

Kampung Bahari telah lama dikenal sebagai zona merah peredaran narkoba. Berbagai upaya penegakan hukum telah dilakukan, namun hasilnya belum maksimal. Pada Juli 2024, Operasi Nila Jaya juga menyasar kawasan ini, dengan hasil penangkapan 31 orang dan sejumlah barang bukti seperti bong, alat hisap sabu, senapan angin, air gun, drone, dan petasan.

Kondisi permukiman yang padat dan kompleksitas sosial di Kampung Bahari menjadi tantangan tersendiri bagi aparat penegak hukum. Kawasan ini seolah telah menjadi ekosistem bagi bisnis ilegal, dengan modus operandi yang terus berkembang dan berubah. Keterkaitan antara berbagai jenis kejahatan, seperti pencurian motor dan peredaran narkoba, semakin mempersulit upaya pemberantasan.

Menurut AKBP Beny, para pelaku yang ditangkap diduga terlibat dalam berbagai tindak pidana. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan kejahatan di Kampung Bahari sangat terorganisir dan saling terkait.

Perlunya Pendekatan Komprehensif

Sosiolog Universitas Airlangga (Unair), Bagong Suyanto, menekankan bahwa memberantas narkoba di Kampung Bahari membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Patroli rutin dan penggerebekan sesekali tidak akan cukup efektif jika tidak disertai dengan upaya pemutusan jaringan dan pemberantasan korupsi di internal aparat.

Bagong juga menyoroti bahwa peredaran narkoba telah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian masyarakat di Kampung Bahari. Oleh karena itu, pendekatan keamanan saja tidak cukup. Perlu adanya upaya kontra-wacana untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat, serta memberikan alternatif kegiatan yang positif dan konstruktif.

Bagong mengusulkan pendekatan dua arah: tindakan hukum tegas terhadap bandar dan pengedar narkoba, serta program rehabilitasi dan edukasi bagi para pecandu. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat memilih gaya hidup yang sehat dan terbebas dari narkoba.

Daftar Barang Bukti yang Diamankan:

  • Senjata Tajam
  • Timbangan Sabu
  • Narkoba Jenis Sabu
  • Senjata Airsoft Gun
  • Uang Tunai Rp 57 Juta

Penggerebekan di Kampung Bahari hanyalah satu episode dari perjuangan panjang melawan narkoba. Pertanyaan yang masih menggantung adalah: mampukah kita memutus rantai peredaran narkoba di kawasan ini, ataukah kita akan terus menyaksikan pengulangan cerita yang sama?