Polemik Pemasangan Alat Bantu di Borobudur: Bukan Eskalator, Melainkan Stairlift untuk Aksesibilitas
Gelombang diskusi muncul di media sosial terkait video yang menampilkan proses pemasangan struktur berwarna putih di kompleks Candi Borobudur, Jawa Tengah. Spekulasi yang berkembang menyebutkan bahwa struktur tersebut adalah eskalator, memicu berbagai reaksi di kalangan masyarakat. Menanggapi hal ini, Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, memberikan klarifikasi bahwa benda yang dipasang bukanlah eskalator, melainkan stairlift.
Stairlift, menurut definisi Cambridge Dictionary, adalah alat bantu mobilitas yang dirancang untuk membantu individu menaiki tangga dengan posisi duduk di kursi. Alat ini bergerak di sepanjang rel yang terpasang di tangga. Fadli Zon menekankan bahwa pemasangan stairlift ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan aksesibilitas di Candi Borobudur, terutama untuk menyambut kunjungan tokoh-tokoh penting seperti Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dan Presiden Perancis, Emmanuel Macron.
"Tidak ada pemasangan eskalator di Candi Borobudur. Yang kita sedang upayakan itu ada pemasangan chair (kursi). Stairlift itu di pegangan. Ini untuk inklusivitas," ujar Fadli Zon. Pernyataan ini sekaligus membantah informasi yang beredar luas dan dianggapnya sebagai berita yang tidak akurat.
Menteri Kebudayaan juga menyayangkan penyebaran informasi yang tidak benar terkait proyek ini. Ia menegaskan bahwa informasi yang valid dan akurat akan disampaikan secara resmi oleh pihak terkait. Saat ini, pihak PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko sedang berupaya memberikan keterangan lebih lanjut. Proses pemasangan struktur tersebut dilakukan di tengah penutupan sementara zona I kompleks Candi Borobudur untuk wisatawan, yang dijadwalkan berlangsung hingga Kamis, 29 Mei 2025. Penutupan ini dilakukan untuk kelancaran pekerjaan dan menjaga keamanan selama proses instalasi.
Penggunaan stairlift sebagai solusi aksesibilitas di situs bersejarah seperti Candi Borobudur menimbulkan berbagai pandangan. Sebagian pihak mendukung inisiatif ini sebagai langkah maju dalam mewujudkan inklusivitas, memungkinkan lebih banyak orang untuk menikmati keindahan dan nilai sejarah candi. Namun, ada juga yang menyuarakan kekhawatiran tentang potensi dampak visual dan estetika dari pemasangan alat modern di bangunan bersejarah. Diskusi lebih lanjut diperlukan untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan aksesibilitas dan pelestarian warisan budaya.