Ribuan Anak Ayam Mati Saat Tiba di Merauke, Tindakan Karantina Dilakukan
Ribuan anak ayam atau Day Old Chick (DOC) ditemukan mati saat tiba di Bandara Mopah, Merauke, Papua Selatan. Kejadian ini mendorong Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Papua Selatan untuk melakukan tindakan karantina sesuai prosedur yang berlaku.
Menurut keterangan dari pihak karantina, sebanyak 2.035 ekor DOC ditemukan dalam kondisi mati pada hari Kamis, 22 Mei 2025. Ayam-ayam tersebut berasal dari dua wilayah berbeda, yaitu Jayapura dan Makassar. Diduga kuat, penyebab kematian massal ini adalah dehidrasi yang dialami anak-anak ayam selama proses pengangkutan menggunakan pesawat terbang. Kondisi ini diperparah oleh suhu di dalam ruang kargo pesawat yang kurang ideal bagi makhluk hidup yang rentan seperti DOC.
Drh. Ahnu, selaku Ketua Tim Kerja Karantina Hewan, menjelaskan bahwa pemeriksaan intensif segera dilakukan begitu mendapati laporan mengenai kondisi DOC yang memprihatinkan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sebagian besar DOC sudah dalam keadaan lemas bahkan mati saat tiba di Bandara Mopah. Dari total 2.800 ekor DOC pedaging yang didatangkan dari Jayapura, sebanyak 1.185 ekor dinyatakan mati. Sementara itu, dari 3.800 ekor DOC petelur yang tiba dari Makassar, ditemukan 850 ekor dalam kondisi serupa.
Langkah cepat dan tegas diambil oleh Balai Karantina Papua Selatan untuk mencegah potensi penyebaran penyakit yang mungkin timbul akibat kematian massal DOC ini. Pemusnahan segera dilakukan terhadap seluruh DOC yang mati dengan menggunakan insinerator. Proses pemusnahan dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) karantina yang ketat untuk memastikan tidak ada risiko kontaminasi atau penyebaran penyakit lebih lanjut.
Cahyono, Kepala Karantina Papua Selatan, menekankan pentingnya menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh DOC. Dehidrasi pada anak ayam dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius, termasuk kerusakan organ dan jaringan tubuh. Gejala dehidrasi pada DOC meliputi kondisi lemas, lesu, dan peredaran darah yang tidak lancar. Jika tidak segera ditangani, dehidrasi dapat berujung pada kematian.
"Tindakan pemusnahan ini merupakan langkah preventif yang krusial untuk melindungi kesehatan hewan dan masyarakat di Papua Selatan," tegas Cahyono. Pihaknya berkomitmen untuk terus memperketat pengawasan terhadap lalu lintas hewan dan produk hewan yang masuk ke wilayah Papua Selatan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh hewan yang dilalulintaskan berada dalam kondisi sehat dan bebas dari penyakit.
Balai Karantina Papua Selatan juga mengimbau kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pengangkutan hewan, khususnya DOC, untuk memperhatikan kondisi dan kesejahteraan hewan selama proses pengiriman. Faktor-faktor seperti suhu, kelembaban, dan ketersediaan air minum harus diperhatikan dengan seksama untuk mencegah terjadinya kasus serupa di kemudian hari.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengiriman DOC:
- Kondisi Alat Angkut: Pastikan alat angkut memiliki ventilasi yang baik dan suhu yang terkontrol.
- Pemberian Minum: Sediakan air minum yang cukup selama perjalanan untuk mencegah dehidrasi.
- Penanganan yang Hati-hati: Hindari penanganan yang kasar yang dapat menyebabkan stres pada DOC.
- Koordinasi: Lakukan koordinasi yang baik antara pengirim, pengangkut, dan penerima untuk memastikan kelancaran proses pengiriman.
Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, diharapkan kasus kematian DOC saat pengiriman dapat diminimalisir dan kesehatan hewan di Papua Selatan dapat terus terjaga.