Partai Maduro Dominasi Pemilu Venezuela di Tengah Boikot Oposisi
Partai Sosialis Bersatu Venezuela (PSUV) yang dipimpin oleh Presiden Nicolas Maduro meraih kemenangan signifikan dalam pemilihan parlemen dan daerah yang baru saja diselenggarakan di Venezuela. Kemenangan ini diumumkan oleh Dewan Pemilu Venezuela (CNE), yang menyatakan bahwa PSUV berhasil mengamankan 23 dari 24 kursi gubernur negara bagian dan meraup 82,68 persen suara untuk kursi di Majelis Nasional.
Pemilu yang berlangsung pada hari Minggu (25/5) tersebut bertujuan untuk memilih 285 anggota Majelis Nasional serta 24 gubernur negara bagian. Namun, proses pemilihan ini dibayangi oleh boikot dari pihak oposisi yang menentang pemerintahan Maduro.
Kelompok oposisi utama, yang dipimpin oleh tokoh Maria Corina Machado, menyerukan kepada para pemilih untuk tidak berpartisipasi dalam pemilu, dengan alasan bahwa hal itu hanya akan memberikan legitimasi kepada apa yang mereka sebut sebagai pemilu "lelucon". Machado bahkan membagikan foto-foto di media sosial yang menunjukkan sejumlah tempat pemungutan suara tampak sepi.
Sejumlah jurnalis yang meliput langsung di lapangan mengkonfirmasi adanya penurunan partisipasi pemilih dibandingkan dengan pemilihan presiden sebelumnya pada Juli 2024. CNE memperkirakan tingkat partisipasi pemilih mencapai lebih dari 42 persen dari total 21 juta pemilih yang memenuhi syarat.
Pemilu kali ini juga diwarnai dengan penangkapan massal dan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat. Lebih dari 70 orang ditangkap atas tuduhan merencanakan aksi "sabotase" terhadap pemilu. Salah satu tokoh oposisi yang ditangkap adalah Juan Pablo Guanipa, yang dituduh memimpin "jaringan teroris" di balik dugaan rencana sabotase tersebut.
Menanggapi hasil pemilu, Maduro menyatakan bahwa kemenangan ini merupakan "kemenangan perdamaian dan stabilitas" dan membuktikan kekuatan "Chavismo" -- gerakan politik populis sayap kiri yang diinisiasi oleh mendiang Hugo Chavez. Ia mengambil alih kekuasaan setelah meninggalnya Hugo Chavez tahun 2013.
Namun, banyak warga Venezuela yang mengungkapkan kehilangan kepercayaan pada proses pemilu, terutama setelah pemilihan presiden tahun lalu. Saat itu, dewan pemilu dengan cepat mengumumkan Maduro sebagai pemenang untuk masa jabatan enam tahun ketiga, tanpa memberikan rincian hasil pemilu secara transparan. Pihak oposisi kemudian merilis penghitungan suara mereka sendiri dari masing-masing tempat pemungutan suara, yang menunjukkan kemenangan bagi kandidat mereka, Edmundo Gonzalez Urrutia.
Machado menyerukan kepada Angkatan Bersenjata untuk "bertindak" melawan Maduro. Namun, pihak militer Venezuela mengabaikan permintaan tersebut.