Investasi Hilirisasi Nikel: Bahlil Soroti Komitmen China, Pertanyakan Keseriusan Investor Barat
Bahlil Lahadalia: China Buktikan Kesetiaan dalam Hilirisasi Nikel Indonesia
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan apresiasinya terhadap komitmen investor asal China dalam mengembangkan proyek hilirisasi nikel di Indonesia. Dalam forum Energi Mineral yang diselenggarakan di Jakarta, Bahlil menyoroti perbedaan pendekatan antara investor China dengan investor dari negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat dan Eropa.
Menurut Bahlil, pemerintah Indonesia membuka pintu bagi semua investor yang berminat untuk berpartisipasi dalam hilirisasi nikel. Namun, ia mengamati bahwa investor China menunjukkan keseriusan yang lebih tinggi dalam merealisasikan investasi mereka, dibandingkan dengan investor dari negara lain yang cenderung lebih banyak memberikan proposal tanpa tindakan nyata.
"Kita ingin semua orang tertarik dengan potensi investasi di Indonesia, termasuk dari China, Korea, Jepang, dan negara lainnya. Silakan datang. Tetapi kedatangan mereka jangan hanya sekadar 'icip-icip' saja, memberikan janji manis tanpa ada realisasi. Tentu, hal itu akan sulit," ujarnya.
Bahlil melanjutkan dengan metafora yang cukup menarik, membandingkan hubungan investasi dengan hubungan asmara. Ia menyatakan bahwa investor China telah menunjukkan kesetiaan dan komitmen jangka panjang terhadap Indonesia. "Kebetulan, yang mau setia berinvestasi adalah China. Daripada terus menunggu janji palsu, lebih baik bekerja sama dengan pihak yang benar-benar serius dan dapat diandalkan," tegasnya.
Bahlil menekankan bahwa nikel saat ini menjadi komoditas mineral strategis yang diperebutkan oleh banyak negara. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia berupaya untuk menarik investasi yang dapat memberikan nilai tambah maksimal bagi perekonomian nasional.
Dampak Signifikan Hilirisasi Nikel bagi Perekonomian Nasional
Bahlil juga menyoroti dampak positif hilirisasi nikel terhadap peningkatan nilai ekspor Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa hilirisasi nikel telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan negara. Pada tahun 2017-2018, ekspor nikel hanya menyumbang sekitar US$ 3,3 miliar. Namun, setelah hilirisasi digencarkan, nilai ekspor nikel melonjak menjadi US$ 34 miliar pada tahun 2023, dan hampir mencapai US$ 40 miliar pada tahun 2024.
"Kita terus berupaya untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas nikel melalui hilirisasi. Hasilnya sudah sangat terasa, dengan peningkatan signifikan pada nilai ekspor kita," kata Bahlil.
Dengan demikian, Bahlil berharap investasi di sektor hilirisasi nikel dapat terus ditingkatkan, sehingga memberikan manfaat yang lebih besar bagi perekonomian Indonesia dan kesejahteraan masyarakat.