Agresi Rusia Meningkat: Serangan Udara Skala Besar Hantam Ukraina, Korban Sipil Berjatuhan

Gelombang serangan udara masif yang dilancarkan Rusia menghantam sejumlah kota di Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv, pada Sabtu (24/5/2025) malam. Serangan ini, yang disebut sebagai yang terbesar sejak konflik dimulai, melibatkan ratusan drone dan rudal, menyebabkan kerusakan signifikan dan jatuhnya korban jiwa di kalangan warga sipil.

Menteri Dalam Negeri Ukraina, Igor Klymenko, mengumumkan bahwa serangan tersebut telah merenggut nyawa sedikitnya 12 orang dan melukai sekitar 60 lainnya. Di wilayah Zhytomyr, tiga anak-anak menjadi korban tewas dalam serangan itu. Klymenko mengecam serangan tersebut sebagai tindakan keji yang ditujukan langsung kepada warga sipil, yang bertujuan untuk menyebarkan rasa takut dan kematian.

Meskipun jumlah korban jiwa tidak melebihi serangan-serangan sebelumnya, skala serangan kali ini, dengan pengerahan 298 drone dan 69 rudal, menjadikannya yang terbesar dalam hal jumlah amunisi yang digunakan selama tiga tahun konflik berlangsung. Pihak Ukraina mengklaim berhasil menembak jatuh 266 drone dan 45 rudal dalam serangan tersebut.

Serangan udara menghantam berbagai kota besar, termasuk Kharkiv, Mykolaiv, Ternopil, dan wilayah sekitar Kyiv. Di ibu kota, Kepala Administrasi Militer Kota Kyiv, Tymur Tkachenko, melaporkan bahwa 11 orang terluka akibat serangan drone, meskipun tidak ada korban tewas di kota itu sendiri. Namun, wilayah sekitar Kyiv mencatat empat korban tewas.

Serangan ini terjadi di tengah upaya pertukaran tahanan antara Rusia dan Ukraina, yang memasuki hari ketiga dengan rencana pertukaran masing-masing 1.000 tahanan. Di samping itu, Ukraina dan sekutunya di Eropa sedang mengupayakan gencatan senjata selama 30 hari sebagai langkah awal menuju perundingan damai. Akan tetapi, upaya ini terhambat setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menolak untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia, dengan alasan bahwa Rusia tidak menyetujui jeda pertempuran.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengkritik sikap AS yang dinilai terlalu pasif dalam menanggapi agresi Rusia, terutama sejak Trump kembali menjabat sebagai presiden. Zelensky menyatakan bahwa keheningan Amerika dan negara-negara lain di dunia hanya menyemangati Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ia menambahkan bahwa setiap serangan teroris Rusia adalah alasan yang cukup untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia.

Serangan ini merupakan gelombang kedua yang dilancarkan Rusia dalam dua hari berturut-turut. Pada Jumat malam, Rusia juga melancarkan serangan drone dan rudal balistik ke Kyiv. Di Kharkiv, tiga distrik dihantam drone, menyebabkan tiga orang terluka dan kerusakan pada jendela apartemen bertingkat. Di Mykolaiv, seorang pria berusia 77 tahun tewas dan lima orang lainnya terluka akibat serangan drone. Sementara itu, di Khmelnytskyi, wilayah yang jauh dari garis depan, empat orang tewas dan lima lainnya luka-luka.

Kepala Staf Presiden Ukraina, Andriy Yermak, menekankan bahwa tanpa tekanan internasional, konflik ini tidak akan berakhir. Ia memperingatkan bahwa Rusia dan sekutunya hanya akan membangun kekuatan untuk melakukan tindakan serupa di negara-negara Barat. Yermak juga menyatakan bahwa Rusia akan terus berperang selama mereka masih mampu memproduksi senjata.

Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim berhasil mencegat atau menghancurkan 95 drone Ukraina dalam waktu empat jam. Wali Kota Moskwa, Sergei Sobyanin, juga menyatakan bahwa 12 drone berhasil dicegat sebelum mencapai ibu kota Rusia.