Kecaman Pedas Politisi Israel terhadap Agresi di Gaza Berujung Pengusiran dari Parlemen

Aksi pengusiran paksa terhadap seorang anggota parlemen Israel, Ayman Odeh, dari ruang sidang Knesset menuai sorotan tajam dari berbagai pihak. Insiden ini terjadi saat Odeh, seorang politisi dari partai Arab-Yahudi Hadash, menyampaikan kritik pedas terhadap penanganan konflik di Gaza oleh pemerintah Israel.

Dalam orasinya di hadapan anggota parlemen pada Kamis (22/5), Odeh secara terbuka mengecam kelemahan para legislator dalam menghadapi perang yang telah berlangsung selama satu setengah tahun. Ia menyoroti dampak kemanusiaan yang mengerikan akibat konflik tersebut, termasuk jatuhnya puluhan ribu korban jiwa, kehancuran infrastruktur pendidikan, dan fasilitas kesehatan.

"Setelah satu setengah tahun perang di mana Anda membunuh 19.000 anak-anak, 53.000 penduduk. Anda menghancurkan semua universitas, dan rumah sakit, Anda merasa tidak ada kemenangan politik, itulah sebabnya Anda menjadi gila," tegasnya dalam pidato yang dikutip secara luas.

Pernyataan keras Odeh segera memicu reaksi keras dari anggota parlemen lainnya. Petugas keamanan pun bertindak cepat dengan menginterupsi pidatonya dan menyeretnya keluar dari podium. Tindakan ini dipandang oleh banyak pihak sebagai upaya pembungkaman terhadap suara-suara kritis yang menentang kebijakan pemerintah terkait Gaza.

Melalui akun media sosial X pribadinya, Odeh mengecam pengusiran tersebut sebagai pelanggaran terhadap kebebasan berbicara dan upaya untuk menutupi kebenaran tentang situasi yang terjadi di Gaza. Ia menegaskan bahwa tindakan represif semacam itu tidak akan mampu membungkam suara rakyat Palestina dan seruan dunia untuk mengakhiri kekerasan.

"Mereka menyeret saya keluar dari podium Parlemen, bukan karena melanggar aturan, tetapi karena mengatakan kebenaran," tulisnya.

Odeh juga mengaitkan peristiwa tersebut dengan Nakba, atau "malapetaka," yang merujuk pada pengusiran dan penghancuran desa-desa Palestina pada tahun 1948. Ia memperingatkan bahwa dunia menyaksikan "Nakba kedua" yang terjadi di Gaza.

Insiden ini semakin memperdalam perpecahan politik di Israel dan memicu perdebatan sengit tentang kebebasan berbicara, akuntabilitas pemerintah, dan solusi untuk konflik yang berkepanjangan di Gaza. Aksi pengusiran Ayman Odeh dari parlemen Israel ini pun menjadi simbol bagaimana perbedaan pendapat dan suara-suara kritis seringkali ditekan di tengah tensi politik yang tinggi.

Berikut adalah beberapa poin yang disoroti Odeh dalam pidatonya:

  • Jumlah korban jiwa yang tinggi di Gaza, termasuk ribuan anak-anak.
  • Kerusakan parah pada infrastruktur pendidikan dan kesehatan.
  • Kritik terhadap kelemahan anggota parlemen dalam menangani konflik.
  • Peringatan tentang "Nakba kedua" yang terjadi di Gaza.
  • Penegasan bahwa suara rakyat Palestina tidak bisa dibungkam.