Jejak Akulturasi dan Sejarah di Pasar Lama Tangerang: Sebuah Perjalanan Menelusuri Warisan Budaya

Pasar Lama Tangerang, sebuah kawasan yang menyimpan jejak sejarah panjang dan akulturasi budaya, menjadi tujuan wisata menarik yang menawarkan pengalaman unik. Pada sebuah pagi yang cerah, sekelompok penggiat sejarah dan budaya berkumpul untuk mengikuti tur jalan kaki yang dipandu oleh ahli sejarah lokal. Perjalanan ini membawa mereka menyusuri jalan-jalan sempit dan gang-gang pasar yang ramai, mengungkap cerita-cerita menarik tentang masa lalu Tangerang.

Perhentian pertama adalah Pabrik Kecap SH, sebuah industri rumahan legendaris yang telah beroperasi sejak tahun 1920. Pabrik ini menjadi saksi bisu perkembangan kuliner Tangerang, dengan rasa kecapnya yang khas dan digemari oleh masyarakat setempat. Uniknya, pabrik ini juga menjadi tempat awal mula produksi Kecap Bango, sebelum akhirnya berkembang menjadi merek yang dikenal secara nasional.

Perjalanan dilanjutkan menuju Klenteng Boen Tek Bio, sebuah tempat ibadah umat Tri Dharma yang berdiri sejak abad ke-17. Klenteng ini merupakan salah satu klenteng tertua di Tangerang dan menjadi simbol toleransi antar umat beragama yang telah terjalin selama berabad-abad. Lilin-lilin merah menyala di altar, sementara para pengunjung datang dan pergi untuk berdoa, menciptakan suasana yang khusyuk dan penuh kedamaian.

Tidak jauh dari klenteng, berdiri megah Masjid Jami Kalipasir, sebuah masjid bersejarah yang memiliki arsitektur unik dengan menara yang menyerupai pagoda. Masjid ini menjadi bukti nyata kerukunan umat beragama di Tangerang, di mana kegiatan sosial seringkali dilakukan bersama-sama oleh masyarakat Tionghoa dan Muslim. Di dekat masjid, terdapat makam Nyi Raden Uria Negara, istri dari Sultan Agung Tirtayasa, menambah nilai sejarah tempat ini.

Di antara klenteng dan masjid, terselip Pabrik Kecap Istana, pesaing Pabrik Kecap SH yang juga memiliki sejarah panjang. Kedua pabrik kecap ini menawarkan cita rasa yang berbeda, dengan Kecap Istana yang cenderung lebih asin.

Setelah beristirahat sejenak di tepi Sungai Cisadane, perjalanan dilanjutkan ke Roemboer Tangga Ronggeng, sebuah tempat yang dulunya menjadi lokasi pertunjukan tari Ronggeng. Sayangnya, tangga yang menjadi ciri khas tempat ini sudah tidak ada lagi, namun nama dan sejarahnya tetap dikenang.

Destinasi terakhir dalam tur ini adalah Museum Benteng Heritage, sebuah museum yang didedikasikan untuk sejarah Tionghoa Benteng di Indonesia. Museum ini menyimpan koleksi artefak, foto, dan kisah-kisah diaspora Tionghoa yang telah membentuk identitas Tangerang. Salah satu daya tarik museum ini adalah pintu asli dari abad ke-17 yang memiliki mekanisme kunci unik yang hanya bisa dibuka dengan menekan "tombol rahasia" di gagangnya.

Tur jalan kaki di Pasar Lama Tangerang ini memberikan wawasan mendalam tentang sejarah, budaya, dan toleransi yang telah menjadi ciri khas kota ini selama berabad-abad. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan apresiasi terhadap warisan budaya yang berharga.