Indonesia dan China Gagas Investasi Mutualistik di Tengah Pusaran Perang Tarif Global
Di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global, Indonesia dan China berupaya mempererat hubungan investasi yang saling menguntungkan. Hal ini mengemuka dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dengan Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir, di Beijing baru-baru ini.
Pandu Sjahrir mengungkapkan bahwa fokus utama dari pertemuan tersebut adalah bagaimana membangun kerangka investasi yang memberikan manfaat bagi kedua negara di tengah gejolak perang tarif. Wang Yi menekankan pentingnya pertumbuhan bersama, rasa saling menghormati, dan kolaborasi investasi yang berkelanjutan.
Kunjungan Perdana Menteri China, Li Qiang, ke Jakarta juga dipandang sebagai sinyal positif bagi penguatan hubungan diplomatik dan peningkatan investasi antara kedua negara. Danantara sendiri memiliki rencana ambisius untuk menjalin kemitraan strategis dengan China di berbagai sektor kunci, termasuk:
- Energi
- Infrastruktur
- Kecerdasan Buatan (AI)
- Hilirisasi Industri
Fokus utama Danantara adalah berpartisipasi dalam investasi di sektor hilirisasi, memanfaatkan pengalaman dan keahlian China di bidang tersebut. Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto secara terbuka mengundang para pengusaha China untuk meningkatkan investasi mereka di Indonesia, tidak hanya terbatas pada sektor sumber daya alam, tetapi juga merambah bidang-bidang seperti pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan teknologi.
Presiden Prabowo juga mendorong pengusaha Indonesia untuk belajar dari kesuksesan China dalam menembus pasar global. Beliau melihat China sebagai mitra strategis untuk belajar, berproduksi, dan bersama-sama memasuki pasar global yang kompetitif.
Acara Indonesia-China Business Reception 2025, yang dihadiri oleh Perdana Menteri Li Qiang dan sekitar 100 pengusaha dari masing-masing negara, menjadi momentum penting untuk memperkuat hubungan ekonomi kedua negara. Presiden Prabowo mengungkapkan bahwa nilai perdagangan antara Indonesia dan China telah melampaui 130 miliar dollar AS per tahun, menjadikan China sebagai mitra dagang terbesar bagi Indonesia.
Presiden juga mengakui peran signifikan perusahaan-perusahaan China dalam berbagai proyek strategis di Indonesia, seperti proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, pengembangan kawasan industri, dan hilirisasi nikel. Kerjasama yang erat di bidang perdagangan, investasi, dan teknologi mencerminkan komitmen bersama untuk membangun masa depan yang lebih kuat, sejahtera, dan berkelanjutan.